Rabu, 28 September 2011

TAQWACORE




TAQWACORE: Catatan Hardcore Puritan 

Antara saya sebagai hamba yang diciptakan dengan DIA yang Maha Menciptakan dan Tidak Diciptakan, seberapapun dekat melekat, tetap saja dibatasi oleh hijab/jarak pemisah dan eksistensi pembeda. Lantas saya harus memposisikan eksistensi diriku secara optimal di dimensi mana, pada ring yang keberapa?

Jika di alam semesta makro yang nyaris tanpa batas ini saya belum memperoleh jawaban yang memuaskan ataupun mendapat pencerahan yang menerangi kesadaran sepenuhnya, apakah saya harus menyelam lebih dalam lagi ke alam mikro yang hanya berisi cairan esensi sampai saya larut dan hablur dikekentalannya?

Apakah dengan demikian saya dapat mencapai tataran berjarak nol dengan DIA? Siapa yang dapat menjamin? Betapapun saya begitu ingin. Tetapi betapapun panjang terulur tali kendali ambisiku untuk manunggal, tetap saja ada jarak sedepa, sehasta atau sejengkal.

Posisiku, bahkan super posisiku mentok disatu moment absurd dan pasrah diharibaan/pangkuan tirai yang populer dengan sebutan getar dawai. Jika saya beruntung, saya tergabung dalam simphoni agung orkestra alam semesta yang riuh rendah.

Walau disisi yang lain saya mewakili isak tangis penderitaan semua makhluk yang melata. Selendang tipis harapku terbentang diantara tawa dan tangis. Di malam yang beku menjelma lidah kabut yang menjulur dari puncak gunung, menggagahi permukaan telaga sunyi dengan pekik ngeri atas bayang-bayang kematian.

Maka, jika saya tetap bersikukuh menuruti rasa rinduku, rasa-rasanya akan segera meleleh jiwaku berikut sekujur cinta yang meliputinya. Ini artinya apa? Kalah dalam kekecewaan lantaran bertepuk sebelah tangan. Kesiaa-siaan yang dilanjuti dengan kehinaan. Dengan segenap kerendahana hati, dengan seluruh pengertian yang kumiliki, saya memilih surut selangkah atau dua langkah, atau bila perlu mengambil seribu langkah.

Demi apa? Ini bukan soal sumpah atau janji apalagi harga diri. Ini hanya semata-mata masalah sadar diri bahwa sesungguhnya saya berada pada posisi yang tidak rendah, tidak pula tinggi, tidak jauh, pun tidak dekat. Itulah Super Posisiku. Momentum yang harus terjaga keseimbangannya ataupun kesinambungannya. Itulah duniaku yang sejati. Saya bebas bergerak menari dan bernyanyi atau diam bersemedi menekuni meditasi.

Atau bahkan tidak melakukan apapun juga tanpa merasa berdosa. Yang jelas, saya Ainul Yakin bahwa keberadaanku adalah bagian yang cukup pantas dari Maha KaryaNya. Saya hanyalah KehendakNya. Jika DIA mengAda dimana-mana dan Kuasanya Meliputi Segala Sesuatu, maka jalan hidup yang paling utama adalah tunduk dan taat kepadaNya - TAQWA!

Ada lebih dari seribu jalan Taqwa dan kesemuanya menuju ke satu arah.....

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Alloh ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Alloh Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
{QS. Al-Hujuraat, 49:13}