TAQWACORE: Catatan Hardcore Puritan
Jika di alam semesta makro yang nyaris tanpa batas ini saya
belum memperoleh jawaban yang memuaskan ataupun mendapat pencerahan yang
menerangi kesadaran sepenuhnya, apakah saya harus menyelam lebih dalam lagi ke
alam mikro yang hanya berisi cairan esensi sampai saya larut dan hablur
dikekentalannya?
Apakah dengan demikian saya dapat mencapai tataran berjarak
nol dengan DIA? Siapa yang dapat menjamin? Betapapun saya begitu ingin. Tetapi
betapapun panjang terulur tali kendali ambisiku untuk manunggal, tetap saja ada
jarak sedepa, sehasta atau sejengkal.
Posisiku, bahkan super posisiku mentok disatu moment absurd dan
pasrah diharibaan/pangkuan tirai yang populer dengan sebutan getar dawai. Jika
saya beruntung, saya tergabung dalam simphoni agung orkestra alam semesta yang
riuh rendah.
Walau disisi yang lain saya mewakili isak tangis penderitaan
semua makhluk yang melata. Selendang tipis harapku terbentang diantara tawa dan
tangis. Di malam yang beku menjelma lidah kabut yang menjulur dari puncak
gunung, menggagahi permukaan telaga sunyi dengan pekik ngeri atas bayang-bayang
kematian.
Maka, jika saya tetap bersikukuh menuruti rasa rinduku,
rasa-rasanya akan segera meleleh jiwaku berikut sekujur cinta yang meliputinya.
Ini artinya apa? Kalah dalam kekecewaan lantaran bertepuk sebelah tangan.
Kesiaa-siaan yang dilanjuti dengan kehinaan. Dengan segenap kerendahana hati,
dengan seluruh pengertian yang kumiliki, saya memilih surut selangkah atau dua
langkah, atau bila perlu mengambil seribu langkah.
Demi apa? Ini bukan soal sumpah atau janji apalagi harga diri.
Ini hanya semata-mata masalah sadar diri bahwa sesungguhnya saya berada pada
posisi yang tidak rendah, tidak pula tinggi, tidak jauh, pun tidak dekat.
Itulah Super Posisiku. Momentum yang harus
terjaga keseimbangannya ataupun kesinambungannya. Itulah duniaku yang sejati.
Saya bebas bergerak menari dan bernyanyi atau diam bersemedi menekuni meditasi.
Atau bahkan tidak melakukan apapun juga tanpa merasa berdosa.
Yang jelas, saya Ainul Yakin bahwa
keberadaanku adalah bagian yang cukup pantas dari Maha KaryaNya. Saya hanyalah
KehendakNya. Jika DIA mengAda dimana-mana
dan Kuasanya Meliputi Segala Sesuatu, maka
jalan hidup yang paling utama adalah tunduk dan taat kepadaNya - TAQWA!
Ada lebih dari seribu jalan Taqwa
dan kesemuanya menuju ke satu arah.....
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling
mulia di antara kamu di sisi Alloh ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Alloh Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
{QS. Al-Hujuraat, 49:13}
{QS. Al-Hujuraat, 49:13}