Memang sulit bagi mufassir, penyair, seniman musik, pelukis atau filosof untuk mengungkapkan apa yang mereka rasakan secara transenden, sehingga mereka hanya mampu merangkai kata, bunyi, warna, sebagai ungkapan kedalaman makna dan arti yang tidak berasal dari apa yang bisa digambarkan seperti naluri, insting, inspirasi, ilham atau wahyu! Yang turun melalui getaran penuh muatan makna dan pengertian yang berasal dari Ilahi.
Pengalaman rohani adalah konsumsi lahiriah, eksklusivisme personal, sebuah privasi yang menunjukkan keintiman hubungan manusia dengan Sang Pencipta. Namun dalam momentum yang bersamaan, hal utama yang meluluh-lantakkan pakem tersebut adalah takaran dari tingkat kepekaan manusia, kepekaan yang tidak sama antara satu dengan yang lainnya.
Ilmul yaqin, 'Ainul yaqin, Haqqul yaqin..