"Cahaya yang tersimpan di dalam hati, datang dari
cahaya yang langsung dari khazanah-khazanah kegaiban. Cahaya yang memancar dari
panca inderamu berasal dari ciptaan Allah. Dan cahaya yang memancar dari hatimu
berasal dari sifat-sifat Allah."
--Ibnu Atha'illah
Allah itu sesuai dengan prasangka hamba-Nya. Seorang hamba
yang yakin akan pertolongan Allah, maka dengan sangat meyakinkan Allah pasti
akan menolongnya. Seorang hamba yang yakin doanya akan dikabulkan, maka Allah
akan mengabulkan doa-doa tersebut lebih dari yang kita minta.
Dari sini kita layak merenung, mengapa kita banyak kecewa
dan tidak puas dalam hidup? Boleh jadi kita lebih yakin akan kemampuan diri
serta pertolongan makhluk, daripada pertolongan Allah. Sungguh manusia itu sangat
lemah. Ia sama sekali tidak kuasa mengatur dirinya sendiri, tidak tahu apa akan
terjadi esok, serta berjuta kelemahan lainnya. Sungguh naif jika kita terlalu
mengandalkan diri yang serba terbatas dengan melupakan Allah Yang Maha
Segala-galanya. Maka, keyakinan yang bulat kepada-Nya menjadi jaminan
kebahagiaan hidup kita.
Setidaknya ada tiga tahap yang harus kita tempuh usaha
meningkatkan kualitas keyakinan.
Pertama, 'Ilmul
yaqin. Yaitu meyakini segala sesuatu berdasarkan ilmu atau pengetahuan.
Misal, di Mekah ada Kabah. Kita percaya karena teorinya bicara seperti itu. Di
sinilah pentingnya belajar dan mencari ilmu sebanyak-banyaknya. Sebab, semakin
luas pengetahuan kita tentang sesuatu, khususnya tentang Dzat Allah Azza wa
Jalla, seakan kita memiliki bekal untuk berjalan mendekat kepada-Nya.
Kedua, 'Ainul yaqin.
Yaitu keyakinan yang timbul karena kita telah melihatnya dengan mata kepala
sendiri. Orang yang telah menunaikan ibadah haji sangat yakin bahwa Kabah itu
memang ada di Mekah karena ia telah melihatnya. Keyakinan karena melihat, akan
lebih kuat dibandingkan keyakinan karena ilmu.
Ketiga adalah Haqqul
yaqin. Orang yang telah haqqul yakin akan memiliki keyakinan yang dalam dan
terbukti kebenarannya. Orang yang telah merasakan nikmatnya thawaf, berdoa di
Multazam, merasakan ijabahnya doa, keyakinan akan jauh lebih mendalam. Inilah
tingkat keyakinan tertinggi yang akan sulit diruntuhkan dan dicabut dari hati
orang yang memilikinya. Cara meningkatkan kualitas keyakinan diri, sejatinya
harus melalui proses dan tahapan-tahapan, mulai dari'ilmul yaqin, 'ainul yaqin,
hinggahaqqul yakin.
Saudaraku, sesungguhnya semua yang ada adalah milik Allah.
Sungguh rugi orang-orang yang hatinya bergantung kepada selain Allah. Yakinlah,
bahwa Allah adalah Dzat Yang Maha Mengatur segalanya. Sungguh sayang jika kita
mengatakan bahwa Allah Mahakaya, namun kita takut tidak mendapatkan rezeki.
Kita tahu bahwa Allah Maha Menentukan segala sesuatu, Dia menciptakan manusia
berpasang-pasangan, namun kita sering risau tidak mendapatkan pasangan hidup.
Bila demikian, kita masih berada dalam tingkat'ainul yaqin dan belum sampai ke
tingkat haqqul yaqin.
Mengapa ada orang yang keluar (murtad) dari Islam? Sebabnya,
keyakinan yang dimilikinya baru sebatas 'ilmul yaqin; sebatas tahu bahwa Islam
itu baik, namun ia belum merasakan bagaimana indahnya Islam. Saudaraku,
keyakinan yang hanya sebatas ilmu belum cukup membuat kita istikamah. Keyakinan
kita harus benar-benar meresap ke dalam sanubari.
Cahaya keyakinan yang tersimpan di dalam hati ternyata
datang dari khazanah kegaiban Allah Azza wa Jalla. Alam semesta ini terang
benderang karena cahaya dari benda-benda langit yang diciptakan-Nya. Sedangkan
cahaya yang menerangi hati manusia berasal dari cahaya Ilahi.
Ibnu Atha'illah mengungkapkan,
"Cahaya yang
tersimpan di dalam hati, datang dari cahaya yang langsung dari
khazanah-khazanah kegaiban. Cahaya yang memancar dari panca inderamu berasal
dari ciptaan Allah. Dan cahaya yang memancar dari hatimu berasal dari
sifat-sifat Allah."
Dengan demikian, keterbukaan hati dalam menerima cahaya
inilah yang harus selalu kita jaga. Bagaimana agar hati kita terbuka?
Berusahalah untuk meneliti dan mengenali aneka hikmah di balik setiap kejadian.
Jangan hanya melihat setiap kejadian dengan mata lahir saja, tapi gunakan mata
hati kita. Namun, mata hati hanya akan berfungsi jika ia bersih dari noda dosa
dan maksiat. Hati yang kotor sangat sulit menangkap sinyal-sinyal Ilahi. Mirip
kaca. Ia tidak bisa memantulkan cahaya, tidak bisa merefleksikan sebuah objek jika
penuh karatan. Syaratnya, ia harus bersih. Hati akan bersih jika kita
merawatnya. Wallaahu a'lam.
-- Oleh KH. Abdullah Gymnastiar, Tabloid Dialog Jumat
Republika.