Jumat, 18 Januari 2013

Debat Teolog para Anbiya (Nabi)


Banyaknya muatan dialog di dalam Al-Qur'an tentunya bukan tanpa maksud dan tujuan, dan akan lebih mengena apabila kita bisa pilah wilayahnya terlebih dahulu minimal menjadi 2 bagian antara dialog dengan umatnya dan dialog bathin (perang bathin). Dalam hal ini cukup kiranya mengambil kisah Nabi Ibrahim, namun bukan berarti hanya Nabi Ibrahim saja yang mengalami perdebatan hebat. Karena pada intinya didalam Al-Qur'an masing-masing nabi membawa karakternya untuk dijadikan hikmah atau bersifat mewakili namun tidak membeda-bedakan satu dengan yang lainnya tentunya sesuai dengan tantangan zaman/masanya dan bagaimana penanganannya. Begitupun tidak terkecuali orang2 yang meniti jalanNYA akan mengalami hal yang serupa hanya saja disesuaikan dengan kadar keimanannya.

Sa'ad bin Abi Waqqash berkata, "Aku bertanya kepada Rasulullah Saw, "Ya Rasulullah, siapakah orang yang paling berat ujian dan cobaannya?"
Nabi Saw menjawab, "Para nabi kemudian yang meniru (menyerupai) mereka dan yang meniru (menyerupai) mereka. Seseorang diuji menurut kadar agamanya. Kalau agamnya tipis (lemah) dia diuji sesuai dengan itu (ringan) dan bila imannya kokoh dia diuji sesuai itu (keras). Seorang diuji terus-menerus sehingga dia berjalan di muka bumi bersih dari dosa-dosa. (HR. Bukhari)

29:2. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?

Bagi orang skeptis kisah-kisah didalam al-Quran dianggapnya sebagai dongeng, namun sesungguhnya dari cerita inilah banyak hikmah-hikmah yang tersembunyi yang akan menuntun kita mengenali karakter para Nabi sekaligus mendidik diri kita untuk mengenali Alloh SWT dengan baik, tanpa terbatasi kemampuan intelektualnya (IQ) atau lebih dituntut emosionalnya (EQ), dan disinilah sebenarnya keindahannya yaitu Alloh SWT menurut sangkaan hambaNYA dalam artian melalui pola yang dapat kita pahamilah Alloh SWT memperkenalkan diriNYA.

Rosululloh sangat pandai dalam menakar pemahaman orang yang bertanya dengan berbagai metode yang mudah dicerna dalam penjelaskannya,  begitupun dai-dai yang lihai sekiranya telah memahami metode penyampaian Rosululloh. Disadari atau tidak ketika kita baca novel ataupun film rentetan peristiwa akan mudah kita cerna dan masuk kedalam pikiran kita menjadi suatu pelajaran, hanya saja bedanya novel atau film tidak selalu bersumber pada kebenaran, dan mengingat efektifitasnya banyak juga fakta yang disajikan kedalam bentuk novel. Dan hikmahnya tentunya kembali lagi kepada penghayatan masing-masing pribadi dan yang paling menentukan adalah kuasaNYA atas petunjuk (kepada siapa DIA kehendaki).

Rasulullah SAW pernah bersabda: “ Hikmah itu milik orang Islam, di mana pun kamu mendapatkannya ambillah.”

Seberapa penting memahami karakter?

_Aisyah ketika ditanya seperti apa karakter Rosululloh, beliau menjawab "Al-Qur'an". Berarti ketika kita mengindahkan al-Qur'an kita akan mengenal dengan baik siapa Rosululloh dan apa yang diperjuangkannya walaupun berbagai hambatan beliau temui tanpa dibayar sepeserpun bahkan beliau tidak mau membebani umatnya ketika beliau tidak menumui makanan untuk sekedar mengganjal perutnya, dan banyak sekali kisah-kisah yang memilukan, sampailah pada gambaran bahwa sesuatu yang baik tidak selalu mendapat sambutan baik, apalah mengenai seruan agama seperti menyeru kepada sesuatu yang jauh. Bila kita renungkan dengan baik dengan segala rasa kemanusiaan yang kita miliki timbulan rasa kecintaan yang sebenarnya. Kalau kita mengenal fisiknya saja bagaimana setelah wafatnya? Lalu dimana letak kesaksian/syahadat kita?

_Itulah pentingnya karakter harus kita mulai mengenali apa yang dibicarakan (ilmunya) dahulu bukan siapa-siapanya. Kalau lebih kepada siapanya bisa saja malah taklid buta. Dan pada gilirannya ketika banyak fitnah2 keji yang dialamatkan pada diri Rosululloh baik atas nama sejarah yang tidak jelas ataupun tuduhan keji lain tanpa dasar, cukuplah apa yg dibawakannya dan kita pelajari serta amalkan sehingga dirasakan betul hikmahnya menjadi bukti yang nyata sebagai kebenaran dari Alloh SWT. KesaksianNYA jelas lebih kuat, sebagai kebenaran yang mendasar yang harus kita perjuangkan dan semakin kita menggali semakin terbukti walaupun dari berbagai perspektif pengujian. Tentunya tidak berlaku apabila kita meninggalkan ajarannya, yang ada ketika fitnah merajalela hanya emosi semata dan mudah terprofokasi.

_Sedangkan yang diperjuangkan Rosululloh yang utama sekali (mendasar) adalah kalimat tauhid dimana pemahaman akan tauhid ini akan mencerminkan banyak hal, induk dari segala ilmu, cahaya diatas cahaya (petunjuk) melalui sifat yang disifatinya di dalam Al-Qur'an, sunnah dan hikmah. Inilah suatu keterkaitan yang harus kita telusuri betul sampai menjadi gambaran yang bulat dan utuh yang tak tergoyahkan.


A. Debat para Nabi dengan umatnya
2:258. Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). Ketika Ibrahim mengatakan: "Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan," orang itu berkata: "Saya dapat menghidupkan dan mematikan". Ibrahim berkata: "Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat," lalu heran terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang lalim.

6:74. Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya Aazar: "Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata".

21:52. (Ingatlah), ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: "Patung-patung apakah ini yang kamu tekun beribadah kepadanya?"

19:46. Berkata bapaknya: "Bencikah kamu kepada tuhan-tuhanku, hai Ibrahim? Jika kamu tidak berhenti, maka niscaya kamu akan kurajam, dan tinggalkanlah aku buat waktu yang lama".21:58. Maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur berpotong-potong, kecuali yang terbesar (induk) dari patung-patung yang lain; agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya.

21:60. Mereka berkata: "Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim".21:62. Mereka bertanya: "Apakah kamu, yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, hai Ibrahim?"

21:63. Ibrahim menjawab: "Sebenarnya patung yang besar itulah yang melakukannya, maka tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara".21:65. kemudian kepala mereka jadi tertunduk (lalu berkata): "Sesungguhnya kamu (hai Ibrahim) telah mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak dapat berbicara".

21:66. Ibrahim berkata: "Maka mengapakah kamu menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikit pun dan tidak (pula) memberi mudarat kepada kamu?"

29:24. Maka tidak adalah jawaban kaum Ibrahim, selain mengatakan: "Bunuhlah atau bakarlah dia", lalu Allah menyelamatkannya dari api. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang-orang yang beriman.6:83. Dan itulah hujah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan siapa yang Kami kehendaki beberapa derajat.  Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.

21:54. Ibrahim berkata: "Sesungguhnya kamu dan bapak-bapakmu berada dalam kesesatan yang nyata".

B. Perdebatan bathin
_Nabipun tidak yakin dengan sendirinya
2:260. Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah padaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati". Allah berfirman: "Belum yakinkah kamu?". Ibrahim menjawab: "Aku telah meyakininya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku)". Allah berfirman: "(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cingcanglah semuanya olehmu. (Allah berfirman): "Lalu letakkan di atas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera". Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

_Belajar dari alam
6:76-80. Ketika malam telah menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: "Inilah Tuhanku" Tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: Saya tidak suka kepada yang tenggelam". Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku". Tetapi setelah bulan itu terbenam dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat". Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar", maka tatkala matahari itu telah terbenam, dia berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan. Dan dia dibantah oleh kaumnya. Dia berkata: Apakah kamu hendak membantahku tentang Allah, padahal sesungguhnya Allah telah memberi petunjuk kepadaku. Dan aku tidak takut kepada (malapetaka dari) sembahan-sembahan yang kamu persekutukan dengan Allah, kecuali di kala Tuhanku menghendaki sesuatu (dari malapetaka) itu. Pengetahuan Tuhanku meliputi segala sesuatu. Maka apakah kamu tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya)?

_Menjadi teladan contoh bagi kita terutama dalam menghadapi orang2 skeptis
60:4. Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran) mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya: "Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatu pun dari kamu (siksaan) Allah".  (Ibrahim berkata): "Ya Tuhan kami, hanya kepada Engkaulah kami bertawakal dan hanya kepada Engkaulah kami bertobat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali,

Kenapa membicarakan ketuhanan menjadi sesuatu yang tabu?

_Tidak lain karena orang tidak bisa lepas dari bayangan fisik, sehingga ditakutkan malah mengada-adakan Tuhan atau sekedar untuk memuaskan logika. Padahal melalui sifat yang disifatiNYA akan menuntun seseorang lepas dari keterbatan indrawinya atau sekedar apa yang dilihatnya saja namun lebih kepada penglihatan ilmu. Sedangkan melihatNYA tidak mungkin dicapai oleh penglihatan mata.

Disinilah nilai-nilai keimanan yang apabila kita bicarakan dengan orang yang tidak percaya (skeptis) tantangan yang terbesar adalah melogikakan keimanan itu sendiri, sehingga dengan kegigihan untuk menyampaikan mendorong kita untuk memahami ciptaanNYA. Mengenalkan prinsip2 alam yang begitu indah untuk dijadikan pelajaran (hikmah).

29:25. Dan berkata Ibrahim: "Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu sembah selain Allah adalah untuk menciptakan perasaan kasih sayang di antara kamu dalam kehidupan dunia ini kemudian di hari kiamat sebahagian kamu mengingkari sebahagian (yang lain) dan sebahagian kamu mela'nati sebahagian (yang lain); dan tempat kembalimu ialah neraka, dan sekali-kali tak ada bagimu para penolongpun.
Tentunya masih banyak lagi ayat-ayat lain yang harus kita renungkan dan dijadikan pelajaran buat kita. Silahkan bereksplorasi.

Pada dasarnya ketidak yakinan diri kita pada Alloh SWT adalah cermin dari keimanan kita atau musuh yang sesungguhnya yang harus ditaklukan dengan segala potensi yang kita milik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar