Minggu, 09 Juni 2013

Rahasia dari rahasia-rahasia

….di bawah ini adalah interpretasi dan terjemahan terhadap salah satu bab dari buku ‘ The Secret of Secrets‘ yang adalah interpretasi dan terjemahan Syaikh Tosun Bayrak al-Jerrahi al-Halveti ke bahasa Inggris terhadap kitab Sirr Al-Asraar yang ditulis oleh Syaikh Abd’ al-Qadir al-Jilany ra. yang mashur itu.

Selamat membaca dan semoga bermanfaat bagi sahabat :)

Kutipan dari Sepucuk Surat Hadrat Abd’ al-Qadir al-Jilany ra.

Hati [qalb] -mu adalah sebuah cermin yang berkilau. Engkau harus membersihkannya dari debu dan kotoran yang telah terkumpul dan melekat di permukaannya karena sesungguhnya ia ditakdirkan untuk memantulkan cahaya ‘Rahasia-Rahasia Ilaahiyyah’.

Manakala cahaya dari … Allah (Yang) adalah cahaya petala langit dan bumi … mulai menerpa seluruh bagian dari hati-mu, pelita hatimu akan mulai menyala. Pelita hati itu … berada di dalam kaca [ az-zujajah], dan kaca itu seakan-akan kaukabun[1] yang berkilau …

Selanjutnya di dalam hati-mu itu, sambaran-sambaran petir dan kilat Pengetahuan Ilahiyyah akan dimulai. Sambaran-sambaran ini datang dari awan-awan yang mengandung hujan sebagai makna dari … yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak
berkahnya, pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur dan tidak pula di sebelah barat … dan menerangi pohon pemahaman, cahayanya sangat murni, jernih dan … menerangi walaupun tidak disentuh api [2].

Selanjutnya pelita di hati-mu itu akan menyala dengan sendirinya karena apakah mungkin ada sesuatu yang akan tetap tidak menyala manakala Cahaya dari Rahasia-Rahasia Allah Ta’ala telah menerpanya.

Hanya jika cahaya Rahasia Ilaahiyyah telah menerpanya, kegelapan malam dari Rahasia-Rahasia akan diterangi oleh ribuan bintang yang berkilau … dengan bintang-bintang itulah mereka mendapat petunjuk [3] … Bukan bintang itu yang memandu perjalanan melainkan Cahaya itu lah yang memandu. Sebagaimana … Allah telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang [4]…

Manakala Pelita Rahasia Ilaahiyyah telah menyala di dalam jiwa mu maka yang selebihnya akan datang, apakah kesemuanya datang secara bersama atau sedikit demi sedikit. Sebagiannya ada yang telah kalian mengerti dan sedangkan yang belum kalian mengerti akan dijelaskan disini.

Bacalah, perhatikanlah, cobalah untuk mengerti.

Kegelapan langitmu oleh sebab ketiadaan pengetahuanmu akan sirna dengan adanya ‘Kehadiran Ilaahiyyah’ dan kedamaian dan keindahan cahaya purnama, yang terbit dari ufuk dan menyalakan … cahaya di atas cahaya [5], merayap di langit mengikuti garis-edarnya sebagaimana yang telah Allah Ta’ala tetapkan [6], sampai kepada puncak kejayaannya di tengah-tengah langit, membubarkan segala kemalasan dan ketidakacuhan. … (Aku bersumpah) demi malam apabila telah sunyi [7] … demi waktu matahari sepenggalah naik [8] … gelapnya malam akibat dari
keterlenaanmu akan segera berganti dengan siang hari yang cerah.

Selanjutnya engkau akan menghirup harumnya kesadaran dan pengetahuan akan Allah Ta’ala dan bermohon ampun di waktu sahur [9] atas keterlenaanmu selama ini dan menyesali hidupmu yang telah engkau lalui hanya dengan terlena yang seperti tertidur.

Engkau juga akan menikmati lantunan kidung pagi hari dan mendengar mereka mendendangkan:

Mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam dan selalu memohonkan ampunan di waktu pagi sebelum fajar [10]….. Allah membimbing kepada Cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki [11]

Selanjutnya dari kaki-langit ‘Pengetahuan Ilahiyyah’ engkau akan menemukan matahari hikmah yang mulai terbit. Dan itu adalah matahari untukmu sebab engkau adalah yang dipilih dan … ditunjuki (oleh) Allah dan engkau … berada di jalan yang benar dan bukan termasuk golongan orang-orang … yang dibiarkan-Nya
sesat [12].

Selanjutnya engkau akan memahami rahasia bahwa:

Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya [13].

Sampai akhirnya, belenggu yang membelitmu akan terurai sebagaimana … Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu [14] dan kerak-kerak dirimu akan luruh, kepompong yang melingkupimu
akan tersingkap untuk menampilkan kehalusan yang selama ini tersembunyi di balik jasadmu; selanjutnya kebenaran sejati [Al-Haqq] akan menampakkan wajahnya.

Awal dari semuanya ini adalah saat dimana cermin hatimu telah terbersihkan. Cahaya dari ‘Rahasia-Rahasia Ilaahiyyah’ akan menerpanya, sejalan dengan kemauanmu, dan sejalan dengan permohonanmu kepada-Nya karena bersumber hanya dari Dia Ta’ala semata, jika dan hanya jika engkau bersama-Nya.


Catatan:
1. Kata kaukabun, sering di-alih-bahasa-kan sebagai ‘bintang’ atau ‘bintang-bintang’ akan tetapi sesungguhnya secara pengertian berbeda. Bintang adalah benda langit yang menjadi sumber cahaya sedangkan kaukabun adalah benda langit yang tidak memiliki cahaya sendiri. Ia berpendar karena memantulkan cahaya yang diterimanya dari benda langit lainnya, dengan demikian kaukabun adalah seperti sebuah
planet. Sedangkan bintang dalam bahasa arab adalah an-
najm dan gugusan bintang-bintang adalah al-buruj. Bulan adalah al-qamar dan matahari adalah asy-syam.
2. Ayat Cahaya, QS.[24]:35
3. QS.[16]:16
4. QS.[37]:6
5. QS.[24]:35
6. QS.[36]:39
7. QS.[93]:2
8. QS.[93]:1
9. QS.[3]:17
10. QS.[51]:17-18
11. QS.[24]:35
12. QS.[7]:178
13. QS.[36]:40
14. QS.[24]:35

Sabtu, 08 Juni 2013

Rumi; Setelah Pahat-pahat Itu Selesai Menatahmu, Mi’raj lah!



Sebuah panggilan setiap saat berkumandang dari langit:
“Dan sungguh, Kami benar-benar meluaskannya.” (*1)

Yang mendengarnya setiap saat, namun bukan dengan telinga?
“Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang mengabdi, yang bertahmid, yang berjalan (karena Allah), yang ruku’, yang sujud.” (*2)

Carilah tangga “dari Allah, pemilik Al-Ma’arij (tempat mi’raj)” (*3), lalu naiklah!
Tangga yang “Al-Malaa’ikat dan Ar-Ruuh naik (kepada-Nya) dalam satu hari. ” (*4)

Siapakah yang sanggup, dari bahan khayalanmu, mampu membuat nyata tangga ke langit itu?

Tangan “Kepada Kami segala sesuatu akan kembali.” -lah yang membuat mereka mi’raj. (*5)

Ketika pahat sabar dan syukur telah selesai menatahmu , mi’raj-lah, dan ucapkan,
“dan itu tak akan diperoleh, kecuali oleh Ash-Shaabiruun.” (*6)

Saksikan, siapa sesungguhnya yang memegang pahat-pahat itu.
Lalu pasrahkan dirimu dengan gembira!
Jangan kau lawan pahat itu, seperti tali para penyihir Fir’aun (yang menjadi ular), ingatlah nasib mereka yang mengatakan, “dengan kuasa Fir’aun, sungguh kami benar-benar akan menang.” (*7)

Majulah beberapa langkah lagi, maka kau akan menjadi “Ashabul Yamin (golongan kanan)” (*8)

Dan jika kau telah sampai pada batas tertinggimu, engkau adalah “As-Saabiquunas-Saabiquun (yang paling utama dari golongan yang utama) ” (*9)

Jika engkau berasal dari tempat para kekasih-Nya di langit, maka datanglah!

Dan masuklah ke dalam shaf “Sesungguhnya kami benar-benar bershaf-shaf” (*10)

Jika engkau miskin, tabuhlah genderang “Kemiskinan adalah jubahku” (*11)

Jika engkau seorang faqih, jagalah agar engkau tidak termasuk kedalam “mereka adalah kaum yang la-yafqihuun (tidak memahami)” (*12)

Jika engkau telah menjadi nun yang bertekuk lutut seperti qalam yang bersujud, Maka engkau termasuk ke dalam “apa yang mereka tulis” dalam “Nun, demi qalam dan apa yang mereka tulis.” (*13)

Jadilah mata yang melihat dalam “kelak kamu akan melihat” , kepada mereka yang ada dalam “mereka pun akan melihat.” (*14)
Bahkan jika engkau “bersikap lunak” bagai penjilat, namun apa artinya itu bagi “mereka yang bersikap lunak (pula kepadamu)?” (*15)

Hunjamkan akarmu kuat-kuat, seperti pohon Sidrah yang “tiada keraguan di dalamnya.” (*16)

Jagalah dedaunan dan batangmu dari goyah karena tiupan nafas “yang kami tunggu-tunggu hingga kecelakaan menimpanya.” (*17)

Lihatlah kebun yang menjadi arang dalam “malapetaka (yang datang) dari Rabb-mu” , tipu dayanya menghanguskan kebun mereka “ketika mereka sedang tidur.” (*18)


Dikutip dari Rumi, dalam Nargis Virani: “I am the Nightingale of the Merciful”: Rumi’s Use of the Qur’an and Hadith.


Catatan:
(*1) QS.[ 51] : 47
(*2) QS. [9] : 112
(*3) QS. [70] : 3
(*4) QS. [70] : 4
(*5) QS. [21] : 93
(*6) QS. [28] : 80
(*7) QS. [26] : 44
(*8) QS. [56] : 27
(*9) QS. [56] : 10
(*10) QS. [37] : 165
(*11) (Al-Hadits)
(*12) QS. [8] : 65
(*13) QS. [68] : 1
(*14) QS. [68] : 5
“Maka kelak kamu akan melihat, dan mereka pun akan melihat.”
(*15) QS. [68] : 9
“Maka mereka ingin agar kamu bersikap lunak, lalu mereka bersikap lunak (pula kepadamu).”
(*16) QS. [2] : 2
(*17) QS. [52] : 30
(*18) QS. [68] : 19

Doa Indian Sioux



Wahai Yang Maha Agung,
yang suara-Mu terdengar dalam angin berhembus
Engkau, yang nafas-Mu menjadikan bumi hidup
Dengarlah permohonanku


Hamba, satu dari ciptaan-Mu, menghadap Engkau
Hamba, yang kecil dan lemah
butuh kekuatan dan kebijaksanaan-Mu


Perjalankan hamba senantiasa dalam keindahan
Jadikan mataku tak pernah lupa indahnya lembayung surut mentari
Jadikan tanganku selalu menghargai apa yang telah Kau ciptakan


Jadikan telinga hamba tajam mendengar-Mu
Jadikan hamba bijak, agar hamba mengerti
ilmu yang kau ajarkan pada semua ciptaan-Mu :
Ilmu yang Engkau sematkan pada setiap helai dedaunan dan batu


Jadikan hamba kuat!
Bukan untuk bangga berjaya atas semua saudaraku,
tapi untuk bertarung
dengan lawan terbesarku:
Diriku sendiri!


Jadikan hamba selalu siap untuk datang pada-Mu
dengan mata yang tegak memandang ke depan
Agar saat nafasku surut seperti terbenamnya matahari
Jiwaku bisa melangkah ke arah-Mu
tanpa merasa malu
Aamiin..

Masuklah Pada-Ku Seorang Diri



Allah berseru pada hamba-Nya,

“Hendaklah engkau bekerja tanpa melihat pekerjaan itu!

Hendaklah engkau bersedekah tanpa memandang sedekah itu!


Engkau melihat kepada amal perbuatanmu, walau baik sekalipun,

tak layak bagi-Ku untuk memandangnya.
Maka janganlah engkau masuk kepada-Ku besertanya!

Sesungguhnya, jika engkau mendatangi-Ku berbekal amal perbuatanmu, maka akan Aku sambut dengan penagihan dan perhitungan.


Jika engkau mendatangi-Ku berbekal ilmu, maka akan Aku sambut dengan tuntutan!


Dan jika engkau mendatangi-Ku dengan ma’rifat, maka sambutan-Ku adalah hujjah, padahal hujjah-Ku pastilah tak terkalahkan.


Hendaklah engkau singkirkan ikhtiar (ikut mengatur dan menentukan kehendak-Nya untuk dirimu), pasti akan Aku singkirkan darimu tuntutan.


Hendaklah engkau tanggalkan ilmumu, amalmu, ma’rifat-mu, sifatmu dan asma (nama) mu dan segala yang ada (ketika mendatangi-Ku), supaya engkau bertemu dengan Aku seorang diri.


Bila engkau menemui-Ku, dan masih ada diantara Aku dan engkau salah satu dari hal-hal itu, —padahal Aku-lah yang menciptakan semua itu, dan telah Aku singkirkan semua itu darimu karena cinta-Ku untuk mendekat kepadamu, sehingga janganlah membawa semua itu ketika mendatangi-Ku—, jika masih saja engkau demikian, maka tiada lagi kebaikanmu yang tersisa darimu.


Kalau saja engkau mengetahui, ketika engkau memasuki-Ku, pastilah engkau bahkan akan memisahkan diri dari para malaikat, sekalipun mereka semua saling bahu-membahu untuk membantumu, karena keraguanmu itu (bahwa ada penolongmu dihadapan-Nya selain Dia), maka hendaklah jangan ada lagi penolong selain Aku.


Jangan pernah engkau melangkah ke luar rumah tanpa mengharap keridhaan-Ku, sebab Aku-lah yang menunggumu (di luar rumah) untuk menjadi penuntunmu.


Temuilah Aku dalam kesendirianmu, sekali atau dua kali setelah engkau menyelesaikah shalatmu, niscaya akan Aku jaga engkau di siang dan malam harimu, akan Aku jaga pula hatimu, akan Aku jaga pula urusanmu, dan juga keteguhan kehendakmu.


Tahukah engkau bagaimana caranya engkau datang menemui-Ku seorang diri? Hendaknya engkau menyaksikan bahwa sampainya hidayah-Ku kepadamu adalah karena kepemurahan-Ku. Bukan amalmu yang menyebabkan engkau menerima ampunan-Ku, bukan pula ilmumu. Kembalikan pada-Ku buku-buku ilmu pengetahuanmu, pulangkan pada-Ku catatan-catatan amalmu, niscaya akan aku buka dengan kedua tangan-Ku, Kubuat ia berbuah dengan pemberkatan-Ku, dan akan kulebihkan semuanya itu karena kepemurahan-Ku.”


-- Dari kitab ‘Al-Mawaqif wal Mukhtabat’, Imam An-Nifari.


Sumber

Dalam Diri Ini



"Tanpa sengaja, kami temukan tempat pencerahan jiwa
kami menyaksikannya: jasad

Langit demi langit yang berpusar,
lapisan-lapisan bumi yang tergelar,
kami menemukannya dalam jasad ini.

Putaran malam dan siang, planet serta gemintang
kata-kata suci yang ditorehkan dalam keping-keping lempung,
gunung yang didaki Musa, serta tempat-tempat pemujaan
kami menemukannya dalam jasad ini.

Taurat, Mazmur, Injil dan Al-Qur’an
semua yang tertulis dalam kitab-kitab itu,
kami menemukannya ada dalam jasad ini.

Semua berkata, kata-kata Yunus adalah haqq
Di mana pun kau inginkan, di sana ada Al-Haqq
Dan kami pun menemukannya:
dalam diri ini."

-- Yunus Emre
 

Cinta Tak Sampai, Terlunta-lunta, Menunggu



Wahai diriku,
jalan yang ditempuh para ‘arif billah
lebih sulit terlihat bahkan dari yang paling samar.
Yang menghalangi jalannya Raja Sulaiman, adalah seekor semut.[1]

Siang malam air mata sang pecinta
mengalir tanpa henti
memerah darah
merindu Sang Terkasih.

“Kekasih yang cintanya tak kesampaian,
terlunta-lunta kesana-kemari,
menunggu cintanya berbalas,”[2] kata mereka kepadaku, dulu.

Mereka benar.
Memang begitulah yang pernah terjadi padaku.

Kucoba untuk memahami keempat kitab,
hingga hadir sebuah balasan Cinta,
dan semua itu ternyata cuma sebuah suku kata. [3]

Wahai engkau yang mengaku pecinta-Nya,
meski belum pernah kau lakukan satu pun yang diharamkan-Nya,
ketahuilah: satu-satunya saat ketika kau tak berdosa
adalah ketika engkau sedang berada dalam genggaman kedua tangan-Nya.[4]

Dua orang saling bicara.
“Andai saja aku bisa bertemu dengan Yunus itu,” kata yang satu.
Aku pernah bertemu dengannya,” kata yang lain.
“Ia cuma seorang tua yang cintanya tak kesampaian.”

-- Yunus Emre (1238-1320)


Keterangan:
[1] QS. An-Naml; 18-19,
“Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut. “Hai semut-semut, masuklah kedalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari.” Maka dia tersenyum dan tertawa karena perkataan semut itu. Dan dia berdo’a: “Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku, dan kepada kedua orang ibu bapakku, dan untuk mengerjakan amal shaleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku, dengan rahmat-Mu, ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang shaleh.”

[2] Seorang yang merindukan Allah, di manapun ia berada akan mencari- cari tanda-tanda-Nya, jejak-jejak-Nya. Di manapun ia berada, pada dasarnya ia selalu dalam penantian menunggu ‘kehadiran’ Allah kepada dirinya. Ia selalu menanti saat-saat Allah berkenan membuka hijab-Nya.

[3] ‘Sebuah suku kata’, mungkin Yunus Emre memaksudkannya pada ‘Al’ dalam lafaz ‘Allah’. ‘Al’ dalam bahasa Arab bermakna kata ganti tertentu, maknanya sama seperti ‘The’ dalam bahasa Inggris. Maknanya, katakanlah, ‘Sang’ atau ’sesuatu’, tentang ‘Dia’ atau ‘Hu’. (Alif-lam-lam-hu). Segala sesuatu pada dasarnya berbicara tentang Allah dan mengungkapkan sesuatu tentang Allah.

[4] ‘Seseorang berada dalam genggaman dua tangan Allah’, bermakna telah sepenuhnya mengikuti dan tunduk dengan sepenuh hati pada kehendak Allah atas dirinya, baik yang tampak ‘baik’ (tangan ‘kanan’, jamal) maupun yang tampak ‘buruk’ (tangan ‘kiri’, jalal). Maknanya, ketika seseorang telah sepenuhnya selaras dengan kehendak Allah ta’ala, ketika ia tidak lagi memiliki kehendak diri (hawa nafsu), barulah ia sama sekali terbebas dari dosa. Makna ‘dosa’, pada dasarnya adalah ’segala sesuatu yang tidak disukai Allah ta’ala pada diri seseorang.’

Sumber