Sabtu, 08 Juni 2013

Cinta Tak Sampai, Terlunta-lunta, Menunggu



Wahai diriku,
jalan yang ditempuh para ‘arif billah
lebih sulit terlihat bahkan dari yang paling samar.
Yang menghalangi jalannya Raja Sulaiman, adalah seekor semut.[1]

Siang malam air mata sang pecinta
mengalir tanpa henti
memerah darah
merindu Sang Terkasih.

“Kekasih yang cintanya tak kesampaian,
terlunta-lunta kesana-kemari,
menunggu cintanya berbalas,”[2] kata mereka kepadaku, dulu.

Mereka benar.
Memang begitulah yang pernah terjadi padaku.

Kucoba untuk memahami keempat kitab,
hingga hadir sebuah balasan Cinta,
dan semua itu ternyata cuma sebuah suku kata. [3]

Wahai engkau yang mengaku pecinta-Nya,
meski belum pernah kau lakukan satu pun yang diharamkan-Nya,
ketahuilah: satu-satunya saat ketika kau tak berdosa
adalah ketika engkau sedang berada dalam genggaman kedua tangan-Nya.[4]

Dua orang saling bicara.
“Andai saja aku bisa bertemu dengan Yunus itu,” kata yang satu.
Aku pernah bertemu dengannya,” kata yang lain.
“Ia cuma seorang tua yang cintanya tak kesampaian.”

-- Yunus Emre (1238-1320)


Keterangan:
[1] QS. An-Naml; 18-19,
“Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut. “Hai semut-semut, masuklah kedalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari.” Maka dia tersenyum dan tertawa karena perkataan semut itu. Dan dia berdo’a: “Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku, dan kepada kedua orang ibu bapakku, dan untuk mengerjakan amal shaleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku, dengan rahmat-Mu, ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang shaleh.”

[2] Seorang yang merindukan Allah, di manapun ia berada akan mencari- cari tanda-tanda-Nya, jejak-jejak-Nya. Di manapun ia berada, pada dasarnya ia selalu dalam penantian menunggu ‘kehadiran’ Allah kepada dirinya. Ia selalu menanti saat-saat Allah berkenan membuka hijab-Nya.

[3] ‘Sebuah suku kata’, mungkin Yunus Emre memaksudkannya pada ‘Al’ dalam lafaz ‘Allah’. ‘Al’ dalam bahasa Arab bermakna kata ganti tertentu, maknanya sama seperti ‘The’ dalam bahasa Inggris. Maknanya, katakanlah, ‘Sang’ atau ’sesuatu’, tentang ‘Dia’ atau ‘Hu’. (Alif-lam-lam-hu). Segala sesuatu pada dasarnya berbicara tentang Allah dan mengungkapkan sesuatu tentang Allah.

[4] ‘Seseorang berada dalam genggaman dua tangan Allah’, bermakna telah sepenuhnya mengikuti dan tunduk dengan sepenuh hati pada kehendak Allah atas dirinya, baik yang tampak ‘baik’ (tangan ‘kanan’, jamal) maupun yang tampak ‘buruk’ (tangan ‘kiri’, jalal). Maknanya, ketika seseorang telah sepenuhnya selaras dengan kehendak Allah ta’ala, ketika ia tidak lagi memiliki kehendak diri (hawa nafsu), barulah ia sama sekali terbebas dari dosa. Makna ‘dosa’, pada dasarnya adalah ’segala sesuatu yang tidak disukai Allah ta’ala pada diri seseorang.’

Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar