Kamis, 13 Oktober 2011

JATI DIRI MANUSIA



 1] Man ‘Arafa Nafsahu Faqad ‘Arafa Rabbahu...
 
Bila menurut Karl Marx orang mengalami keterasingan karena adanya ketidak adilan dalam sistem sosial, maka menurut Sang Buddha orang mengalami keterasingan karena ia tidak menyadari hakikat dirinya yang sejati.

Bila Marxisme bertujuan untuk membebaskan manusia dari keterasingan sosialnya, maka Budhisme bertujuan membebaskan manusia dari keterasingan akan hakikat dirinya yang sejati.

Akal dan pikiran adalah potensi strategis manusia yang dinisbahkan oleh Alloh SWT untuk membedakannya dengan makhluk lainya. {Akal dan pikiran adalah alat mengenal Alloh, hati adalah istana Arsy Alloh yang mampu menampungNya. Karena hati adalah cahaya. Dengan hati bersih kita mampu mengenal diri.} Manusia adalah citra kesempurnaan-Nya, maka dengan akal dan pikirannya, manusia semestinya (bahkan menjadi fitrahnya) untuk mampu mengenal dirinya dan mengenal Tuhannya..



2] Dalam keadaan sakratul maut, Si Fulan tiba-tiba merasa dirinya berada di depan sebuah pintu gerbang langit. Dan diketuknya pintu gerbang langit.
“Siapa di situ?” ada suara dari dalam.
Lalu Si Fulan menjawab, “Saya, Tuan.”

“Siapa kamu?”
“Fulan, Tuan.”

“Apakah itu namamu?”
“Benar, Tuan.”

“Aku tidak bertanya namamu. Aku bertanya siapa kamu?”
“Saya Fulan Bin Fulan”

“Aku tidak bertanya kamu anak siapa. Aku bertanya siapa kamu?”
“Saya seorang Pejuang”

“Aku tidak menanyakan pekerjaanmu. Aku bertanya siapa kamu?”
“Saya seorang Muslim, pengikut Rasulullah SAW.”

“Aku tidak menanyakan agamamu. Aku bertanya siapa kamu?”
“Saya ini manusia. Saya setiap hari sholat lima waktu dan saya suka kasih sedekah. Setiap Ramadhon saya juga puasa dan bayar zakat.”

“Aku tidak menanyakan jenismu, atau (amal ibadah) perbuatanmu. Aku bertanya siapa kamu?”

Fulan tidak bisa menjawab. Ia berbalik dari pintu gerbang langit, gagal masuk kedalamnya karena tidak mengenal siapa dirinya.

Ada kalimat yang agung mengatakan, “Barang siapa mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya - Man ‘Arafa Nafsahu, Faqad ‘Arafa Rabbahu”.

Setinggi apapun keimanan seseorang, kalau ia belum mau berserah diri, maka orang tersebut belum dapat dikatakan Islam. Demikian juga sedalam apapun keberserah-dirian seseorang, kalau ia tidak mengenal jati dirinya dan mengenal Tuhannya, maka orang tersebut belum dapat dikatakan Ihsan.


3] Dengan perantara apa Alloh membisikkan kepada setiap hambaNya untuk berbuat apa yang diperintah dan apa yang dilarangNya. Jika tidak dengan perantaraan wahyu yang diseru kedalam qolb.

Nabi Muhammad menjadi Nabi bukan karena banyak membaca atau berdiskusi tentang agama sebelumnya, namun beliau banyak memasrahkan diri dengan berkhalwat di gua Hira.

Di lereng bukit yang terjal dan keras, dalam gua hira yang sempit dan gelap, berhari-hari Nabi Muhammad berkontemplasi merenung, mempertanyakan segalanya tentang hidup. Dan di suatu kedalaman ruhani, tiba-tiba terdengar suara menggema:

"Bacalah!"

Muhammad menggigil ketakutan, hingga berulangkali suara itu memerintahkan.

"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya."(1)

Manusia yang tahu diri adalah manusia yang banyak berdialog dengan Alloh. Dialog ini tidaklah hanya dibatasi oleh peribadatan rutin, karena Dia Yang Maha Dekat tidak menuntut formalitas..

Dan tidaklah Nabi Muhammad SAW disuruh membaca Al-Qur'an pertama kali oleh Malaikat Jibril kecuali membacai Al-Qur'an dalam diri Muhammad sendiri.

(1) QS. Al-Alaq: 1-2, ayat pertama memerintahkan Muhammad membaca, "Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan", maka pada ayat berikutnya "Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah" memerintakan Muhammad untuk mengetahui asal-usul kejadian manusia, hal ini mengisyaratkan agar Muhammad membaca Al-Qur'an yang ada didalam dirinya..

Al-Qur'an yang tersurat maka carilah yang tersirat (di dalam dirimu) dengan sekaligus menjalankan prosesnya, maka dipenghujung pencarian ini akan kita dapati kebenaran di qolbu.


4] Wukuful Qalbi, bisa juga disebut merenung (menundukan pikiran kepada hati, (Musa pada Khidir, Adam pada Nur Muhammad). Wukufulul Qalbi, bukan sebuah amalan berupa dzikir, atau melafatkan Asma Alloh, tapi perjalanan alam jiwa (akal pikiran, dengan langkah awal mengosongkan akal pikir dari sesuatu selain Alloh, lalu kepala ditundukkan ke hati dengan segala kepasrahan dan kerelaan) menuju Alam yang lebih lembut, yaitu menuju Lub (fuad, hati yang paling dalam) lalu menyentuh Ruh dan Rasa (Sirr). Alam akal pikiran akan tenggelam dan sirna, lenyap dan terserap kedalam alam yang lebih lembut..sampai pada akhirnya menyentuh Yang Maha lembut.

"Tafakur (merenung) sejenak itu lebih baik dari pada beribadah 70 tahun." 
-- Al-hadist.

Karena di dalam merenung (wukuful qalby) kita akan mengenal siapa diri kita, dan menjadi jalan untuk mengenal-Nya, sedang mengenal-Nya (tentunya di saat pada pengenalan ini kondisi kita dalam kondisi "Fana ul fana" (mati sebelum mati, atau seperti kondisi Musa yang pingsan dalam bukit Sin) itu sungguh lebih Mulya nilai-Nya dengan dunia dan surga dengan segala isinya..


5] Manusia diciptakan dari cahaya, di isi dengan cahaya, dibungkus dengan cahaya, didekatkan dengan cahaya, dikuatkan dengan cahaya, serta ditempatkan di sumber cahaya.
Manusia berasal dari Cahayanya Cahaya Maha Cahaya.

Alloh adalah Cahaya Maha Cahaya, petunjuk-Nya adalah Cahaya, kalam-Nya adalah Cahaya.

Alloh memberikan cahaya-Nya pada siapa saja yang Ia kehendaki di antara hamba-Nya.


6] Semua makluk diciptakan tak ubahnya seperti garam didalam laut. Nama-wujud-sifat-gerak-ilmu-semuanya, bukan garam melainkan laut itu sendiri. "Inna rabbaka ahad - Sesungguhnya Tuhanmu meliputi segala manusia(1)"
(1) QS. Al Israa', 17:60.


7] Ketahuilah bahwasannya masterpeace ciptaan Alloh adalah manusia. Al-Qur’an, Islam, Surga-Neraka, Langit-Bumi, Malaikat-Iblis, Jin, dan seluruh makluk lain adalah komponennya.
Manusia adalah sebaik-baik ciptaan “Laqad khalaqnaa al-insaana fii ahsani taqwiimin – Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya(1)”.
Dan kepada manusia, Alloh sendirilah yang meniupkan ruh-Nya, “Fa-idzaa sawwaytuhu wanafakhtu fiihi min ruuhii - Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya ruh-Ku(2)”.
(1) QS. At Tiin, 95:4.

(2) QS. Shaad, 38:72.


8] Dalam tiap diri manusia itu ada sebuah kaum yang beraneka ragam sifatnya, sehingga apabila Al-Qur’an mengatakan “Ya Ayyuhalladzina 'Amanu”, “Ya ayyuhal kafirun”, “Ya ayyuhal munafiqun”, “musyrikuun”, “Nashoro” atau “Yahuda”- itu semua menyebut diri kita sendiri. Bukan kita yang beriman, lantas orang lain yang dimunafikkan atau dikafirkan. Bukan kita yang muslim kemudian orang yang berbeda keyakinan dengan kita dikafirkan.
Mari kita cermati hadits,

“Setiap anak lahir fithrah. Orang tuanyalah yang menjadikannya Nasrani, Yahudi atau Majusi.”

Hadits yang “aneh”. Jika orangtuanya muslim, misalnya, mungkinkah ia membesarkan anaknya menjadi nasrani atau yahudi? Maka untuk siapa hadits itu? Ini artinya bahwa dalam setiap diri manusia pun ada aspek ke”yahudi”-an dan aspek ke-”nasrani”-an. Dalam pengertian yang lebih dalam, dalam khazanah tasawuf ini juga berarti bahwa orang tualah yang menjadikan aspek mana yang tumbuh dan dominan dalam batin seorang anak, meskipun ia secara formal mungkin seorang muslim.

9] Manusia belum tentu konstan berlaku sebagai manusia, bisa juga pada momentum tertentu, pada kondisi psikologis tertentu, pada situasi perhubungan sosial tertentu, pada peristiwa tertentu, manusia berlaku sebagai monster, kanibal, hewan, setan atau bahkan iblis.


10] Iblis berasal dari Segitiga Bermuda.
Apakah Segitiga Bermuda itu?

Dimana Segitiga Bermuda itu?
Segitiga Bermuda adalah nafsu manusia, yaitu “Nafsu Amarah”, “Nafsu Lauwamah” dan “Nafsu Mulhimah”. Karena ketiga nafsu itu berada di hati manusia, sungguh berhati-hatilah engkau dari padanya.


11] Cukuplah Alloh sebagai Tuan Rumah (hati) mu, dan Muhammad sebagai penjaga pintunya.


12] Tidak ada sejentik ruangan dalam hati manusia yang tidak di isi oleh kekuasaan Alloh, walaupun sejentik itu berupa kekafiran terhadap Alloh sendiri(1).
“Dan Tuhanmu mengetahui apa yang disembunyikan dalam dada mereka dan apa yang mereka nyatakan(2)”.
(1) Sifat kafir dan mukmin yang ada didalam hati semua manusia adalah kekuasaan  Alloh.

(2) QS. Al Qashash, 28:69, demikian juga terdapat di QS. An Naml, 27:74.


13] "Dan Kami tampakkan Jahanam pada hari itu kepada orang-orang kafir dengan jelas, yaitu orang-orang yang matanya dalam keadaan tertutup dari zikir terhadap tanda-tanda kebesaran-Ku, dan adalah mereka tidak sanggup mendengar(1)”.
Tahukah engkau siapa yang disebut kafir?

‘Kafir’ bukanlah orang yang berbeda agama (diluar Islam), tetapi ‘kafir’(2) adalah siapa saja(3), termasuk orang yang muslim sekalipun yang mata dan telinga qalbu didalam dadanya tidak berfungsi.

”Fa-innahaa laa ta'maa al-abshaaru walaakin ta'maa alquluubu allatii fii alshshuduuri - Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada(4).


Kekafiran dan keimanan bisa menimpa qalbu semua orang ibarat bumi tertimpa  malam. Ada permukaan bumi yang lebih panjang malam dari pada siang, dan ada permukaan bumi yang lebih panjang siang dari pada malam, dan ada pula permukaan bumi yang hanya tertimpa malam saja, atau siang saja. Sesungguhnya yang demikian terdapat ayat-ayat Alloh bagi mereka yang mau menggunakan pikiran.

(1) QS. Al Kahfi, 18:100-101.

(2)  Asal kata ‘kafir’ atau ‘kufur’ adalah ‘kafara’ yang artinya tertutup. Kata ini kemudian diserap dalam bahasa Inggris menjadi ‘cover’, artinya penutup.
Artikel mengenai kafir dapat dibaca disini


(3)  Predikat kafir bisa menimpa siapa saja dan kapan saja, walaupun seorang telah melakukan amal ibadah bukan berarti suatu saat ia tidak bisa tertimpa kekafiran.

(4) QS. Al Hajj, 22:46.


"Ya Tuhan..janganlah Engkau beri kami kemenangan, karena kemenangan menjadikan pihak lain menjadi kalah. Dan janganlah Engkau istimewakan kemurahan bagi kami, tapi cambuklah punggung kami ini, agar kami segera tau dan mengenal siapa sebenarnya diri kami.."

*SeLf RevoLutiOn!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar