Selasa, 20 Agustus 2013

Rumi: Esensi Ilmu Pengetahuan


Seseorang zalim penuh ketidakadilan jika dia tahu seratus persoalan tak mendasar dalam ilmu pengetahuan, namun ia tak mengenal jiwanya sendiri.

Ia tahu sifat setiap benda, namun seperti keledai ketika menerangkan tentang dirinya sendiri.

“Aku tahu semua yang sunnah dan bid’ah menurut syariat.”Lalu bagaimana mungkin kau tidak mengetahui bahwa kau termasuk yang sunnah atau cuma seorang nenek nyinyir yang gemar bicara?

Kau tahu “ini haram” dan “itu halal”, namun perhatikan baik-baik: Dirimu itu sesuai apa yang dikehendaki-Nya atau tidak?

Kau tahu nilai setiap barang dagangan, namun kau tak tahu nilaimu sendiri—itu kebodohan tak terperi.

Kau tahu semua angka perbintangan yang mujur dan sial, tapi kau tidak mencari tahu apa dirimu sendiri termasuk mereka yang beruntung atau berwajah hitam muram[*].

Cuma itulah inti seluruh ilmu pengetahuan: untuk mengetahui akan jadi apa kau di hari kebangkitan nanti.

-- Jalaluddin Rumi

Rabu, 14 Agustus 2013

Kalam dan Alam



 Keberadaan Alam Semesta merupakan hamparan Maha Karya Alloh yang dipamerkan secara tunggal di jagat raya ini. Penampilan karya seni yang tak tertandingi oleh siapapun adalah fakta yang ada sejak manusia belum dilahirkan. Merupakan wujud nyata dari aktivitas Sang Maha Pencipta yang berlangsung sampai sekarang.


Keindahan dan keluasan hasil karyaNya tidak mampu diungkapkan dalam artikulasi bahasa, kecuali 'Tilka ayatullah natluha 'alaka bil haq...'

"Itulah ayat-ayat Alloh yang kami membacakanNya kepadamu dengan sebenarnya. Maka dengan perkataan manakah lagi mereka akan beriman sesudah (Kalam) Alloh dan keterangan-keteranganNya."
(QS. Al-Jaatsiyah, 45:6)



Kalam dan Alam bersanding saling menjelaskan. Yang pada keduanya mengalir dari sebuah Pikiran Agung dari yang Maha Pencipta. Seperti ide dan pikiran seorang seniman yang dituangkan dalam kanvas melalui tarian jemarinya, demikian juga Wahyu yang diturunkan ke dalam Jiwa para Nabi dan Aulia. Pikiran dan Ide Tuhan mengalir dalam bentuk pengertian yang merasuk Jiwanya. Ia datang ketika nafsu dan ke-aku-annya lenyap...

Selasa, 13 Agustus 2013

Tataran Penampakan






“Dimensi Lain; Dunia tersembunyi memiliki awan dan hujan, tetapi dalam jenis yang berbeda. Langit dan cahaya mataharinya, juga berbeda. Ini tampak nyata, hanya untuk orang yang berbudi halus -- mereka yang tidak tertipu oleh kesempurnaan dunia yang semu.”
-- Jalaluddin Rumi


Setiap atom tersusun dari sebuah inti dan sejumlah elektron yang bergerak mengikuti kulit orbital pada jarak yang sangat jauh dari inti. Di dalam inti atom terdapat partikel lain yang disebut proton dan netron dengan jumlah sesuai dengan sifat-sifat atom tersebut. Susunan dan rangkaian atom terjadi berkat adanya gaya nuklir kuat, yaitu gaya dasar di alam semesta yang paling kuat. Menjaga kuark (materi lebih kecil dari inti atom) agar tetap terikat di dalam proton dan neutron, dan juga agar proton dan neutron tetap berada di dalam inti atom.


Jika atom diperbesar hingga sebesar planet bumi, inti atom besarnya tak lebih besar dari bola golf. Bayangkan, elektron terdekat yang mengitarinya adalah sama dengan mengelilingi permukaan planet Bumi. Satu fakta terkuak: bagian terbesar pembentuk atom adalah ruang kosong. Ternyata 99,999999999999 % dari sebuah atom adalah ruang kosong. Lalu bagaimana dengan intinya?

Para ahli telah menemukan bahwa 95 % dari inti atom juga merupakan ruang kosong. Dan jika inti atom dipecah lagi hasilnya ruang kosong juga mengisi jarak antara kuark. Lalu jika kuark kita pecah lagi, intinya adalah ruang kosong yang adalah suatu energi. Ketika semua wujud materi kita lihat dalam ukuran ini, kita tak melihat apapun kecuali hanya serpihan gelombang yang dipecah dalam satuan Quantum.


Dengan demikian materi tidaklah sematerial kenyataannya. Materi bukan sesuatu yang berujud nyata. Materi hanyalah gelombang penampakan konstan.

Karena tubuh manusia adalah bagian dari dunia materi, maka wujud manusia itu sendiri tidak sematerial (sepadat) yang kita kira. Terdapat terlalu banyak ruang kosong yang membentuk materi sosok manusia.

Begitu pula segala sesuatu yang ada di bumi dan seluruh jagad raya. Fisika Quantum membuktikan bahwa dunia adalah variasi dari berbagai spektrum gelombang yang nampak. Lebih tepatnya, sengaja dinampakkan, kepada kita. Manusia berinteraksi dengan manusia lainnya, dan dengan segala sesuatu di dalam yang kita sebut kehidupan adalah dalam tataran penampakan.

Siapakah kita?

Dan siapakah yang telah menampakkannya kepada kita?

“Innanii Ana Allahu laa ilaha ilaa Anaa faa'budnii wa-aqimish-shalaata lidzikrii - Sungguh, Aku ini Alloh, tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Aku, maka sembahlah Aku dan laksanakanlah shalat untuk mengingat Aku.”
{QS. Thaha, 20:14}

Senin, 12 Agustus 2013

Akar Ketidak-yakinan



“Ketika manusia hidup, mereka mengkhawatirkan kematian.
Ketika kenyang, mereka khawatir kelaparan.
Maka ketidakyakinanlah yang selalu mereka peroleh.
Para orang suci tak lagi memikirkan yang telah berlalu,
dan tidak menghawatirkan apa yang belum terjadi.
Tak juga mereka terpaku pada masa kini.
Merekalah yang terus menapaki Jalan Kesejatian dari ‘saat ini’ ke ‘saat ini’ berikutnya.”

-- Bodhidharma, Patriarkh ke-28, pendiri ordo Zen dan pencipta kungfu Shaolin


Minggu, 11 Agustus 2013

Malālah Yūsafzay







Malālah Yūsafzay, (lahir 12 Juli 1997) adalah seorang murid sekolah dan aktivis pendidikan dari kota Mingora di Distrik Swat dari provinsi Pakistan Khyber Pakhtunkhwa. Dia diketahui untuk pendidikan dan aktivisme hak-hak perempuan di Lembah Swat, di mana Taliban telah dilarang pada waktu gadis bersekolah.

Pada awal tahun 2009, saat berumur sekitar 11 dan 12, Yousafzai menulis di blognya di bawah nama samaran untuk BBC secara mendetail tentang betapa mengerikannya hidup di bawah pemerintahan Taliban, upaya mereka untuk menguasai lembah, dan pandangannya tentang mempromosikan pendidikan untuk anak perempuan.

Ia mulai berbicara di depan publik untuk memperjuangkan hak atas pendidikan pada tahun 2008. "Berani-beraninya Taliban merampas hak saya atas pendidikan!" adalah seruan pertamanya di depan televisi dan radio.

Pada tanggal 9 Oktober 2012, Yousafzai ditembak di kepala dan leher dalam upaya pembunuhan oleh kelompok bersenjata Taliban ketika kembali pulang di bus sekolah. Ia sempat dirawat di Pakistan sebelum akhirnya diterbangkan ke Inggris untuk dirawat di rumah sakit di Birmingham.

Pimpinan Taliban, Adnan Rasheed, mengiriminya surat yang menjelaskan bahwa alasan penembakan adalah sikap kritisnya terhadap kelompok militan, bukan karena ia seorang penggiat pendidikan perempuan. Lebih lanjut Rasheed mengungkapkan penyesalannya atas kejadian ini namun tidak meminta maaf atas penembakan yang dialami Malalah Yousafzai. Ia juga menyarankan Malala kembali ke Pakistan dan meneruskan pendidikan di Madrasah bagi perempuan.

Pada tanggal 12 Juli 2013, bertepatan dengan ulang tahunnya yang ke 16, Malala berpidato di depan Forum Majelis Kaum Muda di Markas Besar PBB di New York, Amerika Serikat . Pidatonya memuat tiga isu penting, yaitu hak perempuan, perlawanan terhadap terorisme dan kebodohan. PBB juga mendeklarasikan hari tersebut sebagai hari Malala.

Berikut pidato Malala lengkap yang membuat saya takjub itu:


“Bismillah Arrahman Arrahim

Atas nama Tuhan yang maha pengasih dan penyayang.

Yang terhormat Sekjen PBB Bapak Ban Ki Moon, Yang terhormat Presiden Majelis Umum PBB Bapak Vuk Jeremic, Yang terhormat Utusan Khusus PBB untuk Pendidikan Global, Bapak  Gordon Brown

Para tetua dan saudara saudara: Assalammualaikum.

Hari ini adalah kehormatan bagi saya untuk bisa bicara lagi setelah sekian lama. Berada di sini, di antara hadirin yang mulia, adalah momen yang luar biasa dalam hidup saya.

Saya juga merasa amat terhormat hari ini karena saya mengenakan syal dari Benazir Bhutto yang telah sahid.

Saya tidak tahu harus mulai dari mana pidato ini. Saya tidak tahu orang mengharapkan saya bicara apa. Pertama-tama,  terimakasih Tuhan, karena kita semua diciptakan sama. Terimakasih juga pada semua orang yang telah berdoa untuk kesembuhan saya yang cepat, dan hidup saya yang baru.

Saya tidak bisa percaya betapa besar cinta yang diberikan pada saya. Saya menerima ribuan kartu ucapan semoga cepat sembuh dari seluruh penjuru dunia.

Terimakasih untuk semuanya. Terimakasih untuk anak-anak yang dengan dunianya yang polos menguatkan saya. Terimakasih untuk para tetua yang doanya menguatkan saya.

Saya juga ingin berterimakasih pada para  perawat, dokter dan staf rumah sakit di Pakistan dan di Inggris, yang telah merawat saya. Juga terimakasih pada pemerintahan Uni Eropa yang telah membantu saya sembuh dan menemukan kembali kekuatan saya.

Saya sepenuhnya mendukung  inisiatif Sekjen PBB Ban Ki Moon yakni  Global Education First Initiative. Juga kerja-kerja Utusan Khusus PBB Gordon Brown dan Presiden Majelis Umum PBB Vuk Jeremic. Saya berterimakasih pada kepemimpinan mereka dan pada upaya mereka untuk terus menerus membantu dan memberi. Mereka juga terus menerus memberikan inspirasi agar kita terus bekerja.

Saudara saudariku, ingatlah satu hal, Hari Malala bukanlah hari saya. Hari ini adalah hari ketika semua perempuan, anak laki-laki dan anak perempuan, bersuara untuk hak mereka. Hari untuk ratusan aktivis HAM dan pejuang sosial yang tak hanya bicara untuk diri mereka tapi juga berjuang untuk mewujudkan perdamaian, pendidikan dan kesetaraan.

Ada ribuan orang yang dibunuh teroris, dan jutaan orang cedera. Saya hanya salahsatu dari mereka.
Jadi di sini hari ini saya berdiri: satu anak perempuan, di antara yang lain. Saya bicara bukan atas nama saya sendiri, tapi atas nama orang lain yang tidak punya suara yang bisa didengar, untuk mereka yang berjuang untuk haknya. Hak untuk hidup dalam damai, hak untuk hidup  secara bermartabat, hak untuk memperoleh kesempatan yang sama, hak untuk mendapat pendidikan.

Kawan-kawan,
Pada 9 Oktober 2012, saya ditembak Taliban di pelipis kiri saya. Mereka juga menembak teman-teman saya. Mereka berpikir peluru itu akan membungkam kami. Tapi mereka gagal.

Dari kesunyian itu, muncul ribuan suara lain. Teroris berpikir mereka bisa menghentikan ambisi saya dan mengubah tujuan hidup saya. Tapi hingga kini tak ada yang berubah dalam hidup saya. Kecuali ini:
kelemahan, ketakutan dan ketakberdayaan mati. Kekuatan, tenaga, dan keberanian lahir.

Saya adalah Malala yang sama. Ambisi saya masih sama. Harapan saya masih sama. Mimpi saya masih sama.

Saudara saudariku,
Saya tidak bermusuhan dengan siapapun. Saya tidak di sini untuk menyerukan balas dendam pada Taliban atau semua kelompok teroris manapun. Saya di sini untuk bicara tentang hak setiap anak untuk memperoleh pendidikan.

Saya juga mau pendidikan untuk anak-anak Taliban dan anak-anak ekstremis yang lain. Saya bahkan tidak membenci Taliban yang menembak saya. Bahkan jika ada pistol di tangan saya, dan dia ada di depan saya, saya tidak akan menembaknya.

Ini adalah welas asih yang diajarkan Nabi Muhammad SAW, Yesus Kristus dan Budha. Ini adalah warisan perubahan yang diturunkan pada saya oleh Martin Luther King, Nelson Mandela dan Muhammad Ali Jinnah. Ini adalah filosofi anti kekerasan yang diajarkan Gandhi, Bacha Khan, dan Bunda Teresa.

Ini adalah semangat memberi maaf yang diajarkan ayah dan ibu saya. Ini adalah apa yang dibisikkan jiwa saya pada saya, "Damailah dan cintailah semua orang."

Saudara saudariku,
Kita menyadari pentingnya cahaya ketika melihat kegelapan. Kita sadar pentingnya bersuara ketika kita dibungkam. Begitu juga, di Swat, di utara Pakistan, kami sadar pentingnya pulpen dan buku, ketika kami melihat senjata api.

Ada yang mengatakan pulpen lebih perkasa dari pedang. Itu benar. Para ekstremis lebih takut pada buku dan pena. Kekuatan pendidikan menakutkan mereka. Mereka takut pada perempuan, kekuatan suara perempuan menakutkan mereka.

Itulah kenapa mereka menembak 14 murid  tak bersalah belum lama ini di Quetta. Itu kenapa mereka membunuh guru dan pekerja polio perempuan di Khyber Pakhtunkhwa. Itu kenapa mereka meledakkan sekolah setiap hari.

Karena mereka takut pada perubahan, takut pada kesetaraan, yang akan dibawa pendidikan ke dalam masyarakat kita.

Saya ingat ada seorang anak laki-laki di sekolah saya, yang ditanya jurnalis, "Kenapa Taliban sangat membenci pendidikan?"

Dia menjawab dengan sederhana. Sambil menunjuk bukunya, dia berkata, "Seorang Taliban tidak tahu apa isi buku ini. Mereka pikir Tuhan hanya mahluk kerdil konservatif yang akan mengirim perempuan ke neraka hanya karena mereka pergi ke sekolah."

Para teroris telah menyalahgunakan nama Islam dan warga Pashtun untuk kepentingan mereka sendiri.

Pakistan adalah negara demokrasi yang cinta damai, orang Pashtun ingin pendidikan untuk anak-anak mereka, dan Islam adalah agama yang mengajarkan perdamaian, kemanusiaan dan persaudaraan. Islam mengajarkan bahwa pendidikan bukan hanya hak anak, tapi juga tugas dan tanggungjawab seorang anak.

Bapak Sekjen PBB,
Perdamaian dibutuhkan untuk keberlangsungan pendidikan. Di banyak tempat, di Pakistan dan Afganistan, terorisme, perang dan konflik membuat anak tidak bisa pergi ke sekolah. Kami capek dengan semua perang ini.

Perempuan dan anak menderita dalam segala bentuk, di banyak tempat di dunia. Di India, anak-anak miskin dan tak berdosa jadi korban perburuhan anak, banyak sekolah dirusak di Nigeria, rakyat Afganistan menderita di bawah ekstremisme selama berpuluh tahun.

Gadis-gadis dipaksa mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan dipaksa kawin di usia muda. Kemiskinan, ketakpedulian, ketidakadilan, rasisme, dan perampasan hak dasar, adalah persoalan-persoalan utama yang dihadapi lelaki dan perempuan di dunia ini.

Saudara saudariku,
Hari ini saya fokus pada hak perempuan dan pendidikan untuk anak perempuan, karena mereka yang paling menderita saat ini.

Ada saat ketika perempuan yang menjadi aktivis sosial meminta lelaki berjuang untuk hak-hak mereka. Tapi kali ini, kita akan berjuang sendiri.

Saya tidak mengusir para lelaki dari perjuangan untuk hak perempuan, tapi saya ingin fokus pada para perempuan, yang harus menjadi independen dan berjuang untuk hak mereka sendiri.

Saudara saudariku,
Kini tiba saatnya untuk meneriakkan tuntutan kita. Hari ini, kita menyerukan pada para pemimpin dunia, untuk mengubah kebijakan strategis mereka pada usaha mencapai perdamaian dan kesejahteraan.

Kami menyerukan pada para pemimpin dunia, agar semua perjanjian damai harus melindungi hak perempuan dan anak. Perjanjian yang mengabaikan hak perempuan, tidak bisa diterima.

Kami menyerukan pada pemerintahan di seluruh dunia, untuk mengadakan pendidikan gratis dan wajib untuk semua anak tanpa kecuali.

Kami menyerukan pada pemerintahan di seluruh dunia, untuk terus berperang melawan terorisme dan kekerasan, serta melindungi anak dari kekejaman dan mara bahaya.

Kami menyerukan pada negara-negara maju, untuk memperluas kesempatan pendidikan untuk anak perempuan di negara-negara berkembang.

Kami menyerukan pada  semua masyarakat dan komunitas, untuk bersikap toleran. Untuk menolak prasangka berdasarkan kasta, keyakinan, sekte, agama, warna kulit atau gender. Untuk memastikan ada kebebasan dan kesetaraan bagi perempuan, sehingga mereka bisa sukses.

Kita tidak akan bisa sukses bersama, kalau sebagian dari kita dibelenggu dan tak bisa maju.

Kami menyerukan pada perempuan di seluruh dunia, untuk berani. Untuk menyambut kekuatan di dalam diri mereka dan  menyadari potensi mereka sepenuhnya.

Saudara saudariku,
Kami mau sekolah dan pendidikan untuk masa depan yang cerah bagi anak-anak.

Kita akan meneruskan perjalanan kita untuk mewujudkan perdamaian dan pendidikan. Tidak ada yang bisa menghentikan kita.

Kita akan terus bicara untuk hak-hak kita. Kita  akan mengubah keadaan dengan suara kita. Kita percaya pada kekuatan kata-kata kita. Kata-kata kita bisa mengubah dunia kalau kita semua bersama, bersatu untuk pendidikan.
Kalau kita mau mencapai cita-cita kita, mari kita mempersenjatai diri dengan pengetahuan, dan mari membuat perisai dari persatuan dan kebersamaan kita.

Saudara-saudariku,
Kita tidak boleh lupa bahwa jutaan orang hari ini  menderita akibat kemiskinan,   ketidakadilan dan ketidakpedulian.

Kita tidak boleh lupa, ada jutaan anak yang tak bisa bersekolah.

Kita tidak boleh lupa, saudara-saudara kita sedang menanti masa depan yang damai dan lebih baik.

Jadi, marilah kita kobarkan perang global memberantas buta huruf, kemiskinan dan terorisme. Mari kita teriakkan tuntutan, mari kita gunakan buku dan pulpen kita, senjata kita yang paling utama.

Satu murid, satu guru, satu buku, satu pena, bisa mengubah dunia.
Pendidikan adalah satu-satunya solusi. Pendidikan harus diutamakan. Terimakasih.