Senin, 03 Maret 2014

Mencari dan Mengenal Allah



Pepatah mengatakan : Tak jumpa maka tak kenal, tak kenal maka tak cinta. Cinta kepada Allah semata.  Cinta kasih adalah rahasia Allah. Kata Rosulullah, Dia menciptakan Adam ( manusia ) dalam bayangan rahman.

Bagaimana caranya kita mengenal Dzat Allah? Dimana? Kemana kita harus mencari Dzat Allah? Apakah harus ke Mekkah ataukah ke negeri Cina? Apakah demikian jauhnya Dzat Allah itu berada?  Apakah kita tidak tersesat ???

Hamzah Fansuri berkata,
“Aku berada di Mekkah, mencari Tuhan di Baitul Ka’bah, dari Barus ke Kudus terlalu payah, akhirnya dijumpai di dalam rumah.”

Rumah yang mana???

Jalaluddin Rumi berkata,
“Aku menatap hatiku sendiri, disana kulihat Dia… Dia tidak berada di tempat lain.”

Rosulullah bersabda,
“Barang siapa yang mencari Tuhan keluar dari dirinya sendiri, maka dia akan tersesat semakin jauh.”

Yang menjadi pertanyaan adalah :

Apa yang dilakukan Rosulullah di Gua Hiro, sehingga beliau bisa menerima wahyu Allah? Kenapa tidak di Masjidil Harom? Kenapa rosulullah menetap di Madinah, tidak kembali ke wilayah Mekah? Apakah karena Mekah sebagai wilayah musuh bebuyutan nabi Muhammad SAW? Kenapa disebut masjidil Haram?

Apakah mungkin Nabi Muhammad SAW secara tersamar memperingatkan umatnya agar tidak terkecoh karena terpesona oleh situs Ibrahim di Masjidil Haram?

Apakah ada kaitannya dengan Surat At-Taubah, 9: 107-108?
“Dan ada yang mendirikan masjid untuk menimbulkan bencana, untuk kekafiran dan untuk memecah belah diantara orang-orang yang beriman, serta untuk menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rosulnya sejak dahulu. Mereka dengan pasti bersumpah : “Kami hanya menghendaki kebaikan”. Dan Allah menjadi saksi bahwa mereka itu pendusta.
Jangan engkau melaksanakan sholat dalam masjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa, sejak hari pertama adalah lebih pantas engkau melaksanakan sholat di dalamnya…di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Allah menyukai orang-orang  yang bersih.”

Rosulullah juga berkata : Tuntutlah ilmu sampai ke negri Cina! Kenapa Rosulullah menganjurkan belajar ke negri Cina tidak menganjurkan belajar ke Mekah. Ada pelajaran apa di Cina?

Timur dan Barat adalah milik Allah, kemanapun kau menghadap disanalah Wajah Allah ( AL BAQARAH 2 : 115 )

Ego kita senantiasa menghadap ke Barat dan melupakan Wajah Timur, sehingga hati kita buta, tidak pernah melihat Cahaya yang terbit di Timur.  Ataukah karena Rosulullah sangat arif sehingga bisa memprediksi bahwa sepeninggal beliau akan muncul kembali kemusrikan-kemusrikan di Mekah?  Menurut Rosulullah, sepeninggal beliau, kelak umat Islam-pun akan terpecah-belah.   Ternyata benar setelah beliau dan para sahabat wafat, muncul ilmu fiqih, ilmu usuluddin, ilmu kalam, kemudian umat Islampun terpecah dalam mazhab-mazhab. Moral jahiliyahpun muncul kembali terutama pada masa Bani Umayah, kemudian diperparah oleh Bani Abas.  Masjidil Haram pun dijadikan komoditas bisnis sumber devisa, bahkan dipolitisir…  Sehingga ibadah haji ke situs Ibrahim seolah-olah hukumnya menjadi wajib.  Apakah kita ini umat Ibrahim ataukah umat Muhammad?  Awas hati-hati, jangan sampai tersesat.  Rosulullah telah memperingatkan : Barang siapa mencari Tuhan keluar dari dirinya sendiri, maka dia akan tersesat semakin jauh. Yang harus kita raihpun bukan haji mabur pakai pesawat namun haji mabrur melalui hati yang bersih, tulus dan ikhlas untuk mendapatkan keridoan Allah… Dari Allah kembali kepada Allah Sang Pencipta … Tidak mengharap kembali ke mahluk ciptaannya yang disebut surga …
Bagi umat Islam sebagai bahan rujukan untuk mencari dan mengenal Allah adalah firman-firman Allah di dalam Al Qur’an dan Sunah Rosulullah.

Berdasarkan Firman-firman Allah :
  1. Bila hamba-hamba-KU bertanya tentang Aku, katakanlah bahwa Aku dekat ( AL BAQARAH 2 : 186 )
  2. Lebih dekat Aku dari pada urat leher ( AL QAF 50 : 16 )
  3. Kami akan perlihatkan kepada mereka, tanda-tanda kami disegenap penjuru dan pada diri mereka ( FUSHSHILAT 41 : 53 )
  4. Dzat Allah meliputi segala sesuatu ( FUSHSHILAT 41 : 54 )
  5. Dia bersamamu dimanapun kamu berada ( AL HADID 57 : 4 )
  6. Kami telah mengutus seorang utusan dalam diri-mu ( AT TAUBAH 9 : 128 )
  7. Di dalam dirimu apakah engkau tidak memperhatikan ( AZZARIYAT 52 : 21 )
  8. Tuhan menempatkan diri antara manusia dengan kolbunya (AL ANFAL 8:24)
  9. Aku ciptakan manusia dengan cara yang sempurna ( AT-TIN 95 : 4 )

Manusia diciptakan dengan cara yang sempurna.  Berarti bahan dasarnya juga harus sempurna yaitu Dzat Yang Maha Sempurna.  Setelah Aku sempurnakan kejadiannya Aku tiupkan Ruh-KU kedalamnya ( AL HIJR 15 : 29 ).  Berarti Dzat Allah berada di dalam diri setiap manusia, baik mata belo maupun mata sipit, hidung mancung maupun pesek, kulit hitam, putih, coklat maupun kuning.

Dzat Allah bisa berada di dalam semua mahluk ciptaanNYA, misalnya di dalam bunga yang berwarna-warni.  Dzat Ilahiah menjadi tersembunyi didalam semua mahluk ciptaanNya, seperti halnya biji gandum, setelah menjadi roti, biji gandumnya tidak nampak namun dzat gandumnya tetap ada, tersembunyi di dalam roti.  Disisi lain Dzat Allah meliputi segala sesuatu, berarti alam semesta termasuk planet bumi ini berada di dalam “Jubah” Allah.  Kita semua tenggelam atau baqa dalam Tuhan. Bila Jubah Allah itu bulat seperti bola maka kita semua seperti berada di dalam bola yang kemanapun kita menghadap baik kekiri, ke kanan, ke atas maupun kebawah disanalah Wajah Allah.  DIA ada dimana-mana namun dalam ke-Esa-an-NYA, DIA tidak kemana-mana.

Hadits Qudsi dan Hadits Rasulullah :
  1. Di dalam setiap rongga anak Adam, Aku ciptakaan suatu mahligai yang disebut dada, dalam dada ada kolbu, dalam kolbu ada fuad, dalam fuad ada syagofa, dalam sygofa ada sir, di dalam sir ada Aku, tempat Aku menyimpan rahasia ( Hadits Qudsi )
  2. Man arofa nafsahu faqod arofa robahu : Barang siapa mengenal dirinya, maka dia mengenal Tuhan-nya
  3. Man arofa robbahu faqod jahilan nafsahu : Barang siapa mengenal Tuhan-nya maka dia merasa bodoh.
  4. Man tolabal maolana bi goeri nafsi faqoddola dolalan baida : Barang siapa yang mencari Tuhan keluar dari dirinya sendiri, maka dia akan tersesat semakin jauh
  5. Iqro kitab baqo kafa binafsika al yaoma alaika hasbi : Bacalah kitab yang kekal yang berada di dalam diri kalian sendiri
  6. Allahu bathinul insan, al insanu dhohirullah : Allah itu bathinnya manusia, manusia adalah realitas Allah
  7. Al insanu siri wa ana siruhu : Rahasia kalian adalah rahasia-Ku
  8. Laa yarifallaahu ghoirullah : Yang mengenal Allah hanya Allah
  9. Aroftu Robbi bi Robbi : Aku mengenal Tuhan melalui Tuhan
  10. Maa arofnaka haqqo ma’rifataka : Aku tidak mengenal Engkau, kecuali sampai sebatas pengetahuan yang Engkau perintahkan

Apakah kita bisa bertatap muka secara langsung dengan Allah? Mari kita lihat Surat Al Baqarah ayat 1 : Alif Lam Mim. Mengapa tidak dibaca Alam atau Alim??? Hanya Allah yang mengetahui artinya. Yang mengetahui Allah hanya Allah.  Huruf Alif adalah milik Allah, Lam untuk utusan Allah dan Mim untuk Muhammad sebagai insan, manusia … Antara Alif dan Mim ada Lam, antara Allah dan manusia ada apa…???  Ada Sir... Kesadaran yang paling dalam …

Sir dalam hal ini bisa berperan sebagai utusan, sebagai pembawa berita, sebagai naluri, sebagai angan-angan atau imajinasi, sebagai generator dan bisa juga sebagai mikro prosesor penerima atau pengolah data.

Tidak ada seorang-pun yang dapat bercakap-cakap dengan Allah, kecuali dengan wahyu atau dari belakang tabir atau dengan mengirimkan utusan-Nya dengan seizin-Nya ( ASY-SYUARA 42 : 51 )

Mulai hari ini Aku buka tabir yang menutupi matamu, maka pandangan matamu akan menjadi tajam ( AL QAAF 50 : 22 )

Tuhan menempatkan diri antara manusia dengan kolbunya ( AL ANFAL 8 : 24 )

Qolbu merupakan titik terendah dari sumbu komunikasi vertikal kepada Allah. Tabir akan menjadi transparan dan akan menjadi kabel penghubung untuk berkomunikasi dengan Allah, manakala kita tidak ragu-ragu akan kebenaran Al Qur’an dan yakin akan ke ghoiban Allah dimana qolbu merupakan pintu masuk ke alam ghoib.  Komunikasi dengan Allah hanya bisa melalui dzikir qolbu.

Inilah kitab yang tiada diragukan, suatu petunjuk bagi mereka yang takwa, yaitu mereka yang beriman kepada yang ghoib ( AL BAQARAH 2 : 2-3 )

Dialah Jibril yang menurunkan Al Qur’an ke dalam hatimu  (AL BAQARAH 2 : 97).

Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya ( AT TAGABUN 64 : 11 )

Dan sebutlah ( nama ) Tuhan-mu dalam hatimu … ( AL A’RAF 7 : 205 )

Oleh karena itu seorang akan betul-betul yakin kepada kebenaran Al Qur’an dan hakikat Dzat, setelah yang bersangkutan mengalami hal-hal yang bersifat ghoib. Pengalaman ghoib itulah yang sangat didambakan oleh para pencari Tuhan. Pengalaman ghoib itulah yang disebut ilmu ilhamiah atau ilmu laduni yang lebih dipercayai oleh mereka para sufi dari pada ilmu akal.

Barang siapa yang hatinya dibuka oleh Allah kepada Islam ( Fitrah ) maka dia itu mendapat Cahaya dari Tuhan-nya ( AZ-ZUMAR 39 : 22 )

Menurut Al Ghazali Dzat Allah itu sangat terang benderang, sehingga hanya bisa ditangkap oleh mata hati.

Cahaya di atas cahaya ( AN NUR 24 : 35 )
Dia ( Allah ) tidak tercapai oleh penglihatan mata ( AL AN’AM 6 : 103 )

Yang pertama-tama Aku berikan kepada mereka ( yang beriman ) adalah Nur-Ku yang Aku taruh di hati mereka ( HADITS QUDSI )

Ketika Musa berdo’a ingin melihat Tuhan, maka Tuhan berfirman :
Engkau (  Musa ) tidak akan sanggup melihat Aku.  Maka manakala Tuhan-nya memperlihatkan diri-Nya di atas bukit, bukit itu hancur dan Musa jatuh tidak sadarkan diri (AL A’RAF 7 : 143).

Maka dengan demikian adalah sangat terlarang untuk menyingkap tabir rahasia Allah, kita tidak boleh melewati batas-batas yang telah ditetapkan Allah.
Rosulullah pun bersabda :

Allah mempunyai tujuh puluh hijab Cahaya dan kegelapan , seandainya Dia menyibakkan hijab-hijab itu, maka keagungan wajah-Nya akan membakar segala yang dilihat oleh mahluk-Nya  ( HADITS ROSULULLAH ).

Berpikirlah kamu tentang makhluk Allah, jangan berpikir tentang Dzat Penciptanya.   Aku tidak mengenal Allah, kecuali sampai sebatas pengetahuan yang telah Allah berikan kepadaku. ( Hadits Rosulullah ).

Bila kita berusaha mencoba menyingkap tabir tersebut, maka kita akan hancur lebur seperti halnya dalam riwayat Nabi Musa yang ingin melihat Allah, dimana gunung sekalipun akan hancur.  Mengenal Tuhan harus melalui Tuhan.  Dia yang mengenali dan Dia yang dikenali adalah sama. Jasmani Musa dengan ke-aku-annya tidak mungkin bisa berhadapan dengan Tuhan, karena tidak ada sesuatu wujud yang lain disamping Allah.  Kekasaran jasmani dan ke-aku-an merupakan tabir yang pekat.
Sesungguhnya Allah telah memberikan peringatan kepada kita semua :
Dia memperingatkan kamu terhadap dirinya ( ALI IMRAN 3 : 30 )
Segala sesuatu akan musnah kecuali Wajah-Nya ( AL QASHASH 28 : 88 )

Bila ingin berjumpa dengan Tuhan, hancur luluhkan dirimu sendiri, ke-akuan-mu, egomu, tutup mata dan telingamu, tutup semua ilmu dan teori tentang Dzat, kosongkan hati dan pikiranmu dari segala sesuatu selain Allah semata, maka Ke-Aku-an Tuhan, Ruh Tuhan dalam dirimu akan muncul memperlihatkan Jamal-Nya. AKU dan AKU saling bertemu dan berdialog. Demikianlah apa yang dilakukan Musa selama 40 hari dan 40 malam, sehingga Musa pun bisa menerima wahyu Sepuluh Perintah Tuhan.  Demikian juga Nabi Muhammad SAW, menurut para sesepuh, wahyu pertama turun setelah 40 hari dan 40 malam di Gua Hira.

Sabda Rosulullah : Kita harus bisa mati sebelum mati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar