Senin, 10 Februari 2014

Cahaya, Cahaya, Cahaya

“Ya Alloh, jadikanlah hatiku bercahaya, lisanku bercahaya, pendengaranku bercahaya, penglihatanku bercahaya, dari arah belakangku bercahaya, dari arah depanku bercahaya, dari arah atasku bercahaya dan dari arah bawahku bercahaya. Ya Alloh, berikanlah cahaya padaku.”
-- HR. al-Bukhari

Gelap tiada mungkin bisa bertemu cahaya, karena ketika cahaya datang, lenyaplah gelap dan terpandanglah apa-apa yang terlihat. Namun ketika Cahaya padam gelap meliputi keseluruhan sampai disetiap celah dan sudut. Lantas, yang terlihat tiada lagi terpandang.

Ketika kegelapan menyelimuti, maka fitrah diri akan bersegera menemukan cahaya dengan sepenuh harapan. Kegelapan menyesakkan dada dan cahaya menentramkan Jiwa. Hanya orang Gila yang Acuh tak Acuh dengan ada atau tidak adanya cahaya..

Menyibak jendela menatap Rembulan
hati bahagia meresap nuansa
menembus tabir menatap ar-Rahman
jiwa tertetak diam terpana

Jika kau bertanya apa itu melihat, maka inilah penglihatan, inilah kesadaran

Rumi berkata: "Hakikat Kehidupan adalah Penglihatan."

Hamba menyambut: "Penglihatan adalah Akal dan Akal adalah Penglihatan."

Bagaimana dengan, "Alloh adalah Cahaya Langit dan Bumi?"

Hamba menyambut: "Ia lah Yang Tampak dan Menampakkan Langit dan Bumi."

Alloh Cahaya langit dan bumi. Apakah itu Cahaya?
Cahaya adalah yang tampak jelas dengan sendirinya dan menampakkan (menjelaskan) yang lain.

Apakah itu Wujud? Wujud adalah yang ada jelas dengan sendirinya dan memberikan keberadaan yang lain.

Dan apakah itu Akal? Akal adalah yang memahami dengan jelas dirinya sendiri dan memahami yang lain.

An-Nur (Cahaya) adalah Alloh. Al-Wujud adalah Alloh. Dan Al-'Aaqil adalah Alloh. Cahaya, wujud, akal serupa tapi tak sama, sama tapi tak serupa. Ketiganya menunjukkan pada satu sifat yang sama. Pernyataan diri (swa-bukti) dari Hakikat Tuhan Yang Maha Tinggi. Manifestasi (tajalliyyat) Dzat Allah yang memang merupakan hakikat Wujud. Hakikat Cahaya adalah Wujud. Wujud adalah hakikat Akal. Hakikat Akal adalah Cahaya.

Melihat adalah suatu ungkapan yang mungkin paling merepresentasikan sekaligus "menyadari kehadiran" cahaya, "menyadari kehadiran" pemahaman ataupun "menyadari kehadiran" keberadaan. Melihat merupakan ungkapan yang paling terang tentang pemahaman.

Alloh Cahaya langit dan bumi. Alloh Yang Melihat (Al-Baashir) dan Melihat (Al-Bashar) adalah Dzat-Nya. Jadi Alloh Melihat dengan Dzat-Nya, hakikat yang dilihat adalah KeAgungan-Nya Sendiri, -yang tidak lain pula adalah Dzat-Nya. Alloh Yang Mendengar (As-Saami’) dan Mendengar (As-Sam’) adalah Dzat-Nya. Alloh Yang Mengetahui (Al-’Aliim) dan Mengetahui (Al-’Ilm) adalah Dzat-Nya. Alloh Cahaya (An-Nuur) dan Mencahayai (Al-Munawwir) adalah Dzat-Nya.

Alangkah indahnya pelajaran yang diberikan dalam cuplikan riwayat dari Sayyidi Ja’far Ash-Shadiq (r.a) berikut ini; "Selamanya Alloh ’Azza wa Jalla adalah Tuhan kita, Mengetahui (Al-’Ilm) adalah Dzat-Nya dan bukan ma’luum (obyek pengetahuan), Mendengar (As-Sam’) adalah Dzat-Nya dan bukan masmu’ (obyek pendengaran) dan Melihat (Al-Bashar) adalah Dzat-Nya dan bukan mubshar (obyek penglihatan), dan Berkuasa (Al-Qudrah) adalah Dzat-Nya dan bukan maqdur (obyek kekuasaan). Ketika Dia menciptakan segala sesuatu dan semuanya itu adalah al-ma'luum (obyek pengetahuan), maka terjadilah pengetahuan ('ilm) dari-Nya atas yang ma’luum itu, pendengaran atas yang didengar, penglihatan atas yang dilihat, kekuasaan atas yang dikuasai."

Bertasbih kepada Alloh, apa yang ada di langit dan di bumi. Segala Puji bagi Alloh, Pemuji, Yang Terpuji, maupun Pujian, satu Ada-Nya, Alloh, Alloh, Alloh..

Alloh adalah Cahaya langit dan bumi. Cahaya itu tampak dan menampakkan yang lain. langit dan bumi di sini bukan merupakan "sesuatu", sehingga tidak dikatakan Alloh itu Cahaya atas langit dan bumi. Mudahnya? Alloh itu lah yang tampak dan menampakkan segenap alam yang kita sebut sebagai langit ataupun bumi.

Dalam bahasa filosofis, Cahaya bisa merupakan simbolisasi Wujud (keberadaan). Karena wujud itu ada dan memberikan keberadaan yang lain. Wujud ada dengan sendirinya, dan wujud memberikan keberadaan pada yang "lain".

Sebagaimana Syaikh Al-Ishraq Suhrawardi mengatakan bahwa hakikat dari Cahaya adalah "manifestasi", maka hakikat dari Wujud adalah (penampakan) keberadaan-Nya.Wujud itu mempunyai sifat self-evident (swa-bukti / terbukti sendiri), dan sifat swa-bukti ini lah yang menyebabkan "tercipta-nya" alam plural ini.

Secara agak simbolis (tidak murni filosofis), dapat dinyatakan urutan bebas waktu dari penciptaan adalah sebagai berikut:

Pada saat wujud "ingin" menampakkan diri, yang pertama "melihat" atau "memahami" adalah Akal Pertama, yang biasanya disebut dengan Nur Muhammad atau hakikat Muhammadiyyah.

Dari Nur Muhammad ini Tuhan menampakkan dirinya pada diri-Nya sendiri di alam plural ini, melalui berbagai Nama-Nama-Nya. Dan semua yang ada di alam ini sebenarnya hanya-lah Nama-Nya.

Alloh memuji diri-Nya sendiri (Muhammad), dengan Sholawat kepada (hakikat) Muhammad. Dzat Yang memuji adalah Alloh. Dzat Yang dipuji adalah Alloh. Dzat Pujiannya adalah Alloh. Dan ini termaktub dalam akal pada tiap dzarrah terlembut di seluruh alam maupun pada tiap yang terbesar di seluruh alam ini.

Innallaha wa malaikatahu yusholluuna 'alan-nabiy. Yaa ayyuhalladziinaaamanuu, sholluu 'alaihi wasalimuu tasliima. Sesungguhnya Alloh dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (QS. Al-Ahzab: 56)

Bersyukurlah dianugerahi menjadi bagian dari ummat Sayyidina Muhammad SAW, karena sungguh, semua Nabi dan semua Rasul Alloh pada zaman sebelumnya menginginkan menjadi ummat Sayyidina Muhammad shollallahu'alayhi wa sallam.

Yaa Muhammad Ya Alloh, Yaa Dhohir Yaa Bathiin..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar