Tidak ada yang mustahil bagi Allah. Tidak ada yang mungkin bagi Allah. Segala sesuatu, bagi Allah, adalah niscaya. Mutlak, yang tiada terbantahkan, tidak pula keraguan di dalamnya. Jika "kun", maka "fayakun". Sekali Allah berfirman "jadi", maka "terjadilah" kenyataan itu.
Dalam QS. Yaa Siin:82, Allah mengukuhkan, " Sesungguhnya keadaanNya adalah apabila Dia menghendaki sesuatu, maka Dia hanyalah berkata "Jadilah!" maka terjadilah." Allah Maha Mutlak, dan Dia meliputi segala sesuatu, dan setiap segala sesuatu itu tak lain dan tak bukan adalah embrio keajaiban.
Di tangan Rasul Allah, keajaiban memiliki nama mu'jizat. Di tangan Kekasih Allah, ia bernama karamah atau keramat. Di tangan Pecinta Allah, ia bernama keberkahan, sehingga yang serba sedikit mewujud serba cukup dan yang serba sempit menjelma serba leluasa. Hal-hal yang semula berbatas, menjadi tidak terbatas. Sangat luas, tak dapat disangka lagi seberapa luasnya.
Jika kebanyakan manusia hidup di dalam lingkar sangkaan, maka para Rasul Allah, Kekasih Allah, dan Pecinta Allah hidup di luar lingkar sangkaan. Menjadi mahfum jika kemudian mereka memeroleh rahmat yang tidak disangka-sangka. Sebesar-besar lingkar sangkaan, masih lebih besar yang di luar lingkar sangkaan itu.
Para Rasul Allah, Kekasih Allah, dan Pecinta Allah ini tidak hanya sibuk mengurusi segala yang tampak, namun juga setia merawat segala yang tidak tampak. Dan, yang tidak tampak ini sesungguhnya justru lebih agung, jika tidak menyebutnya lebih banyak, dibanding yang tampak. Segala yang tampak diatur sedemikian rupa agar yang tidak tampak tidak terganggu.
Yang tampak ini adalah isi, sedangkan yang tidak tampak adalah kosong, suwung. Shaf diatur sedemikian rapi barisan agar yang kosong tetap suwung, dan di tempat yang kosong itulah kita sujud. Selepas sujud, kita masih dalam barisan duduk di antara dua sujud, dan titik sujud tetap terjaga sebagai wilayah kosong. Itulah hakikat keadaan berserah.
Kunci dan pintu untuk memasuki wilayah kosong itu adalah eling lan waspada, terjaga dan berjaga. Selalu dalam kondisi melek dan sadar. Hanya dengan melek, mata dapat menerima Cahaya dengan sempurna dan mengalami keadaan melihat. Ma'rifat. Hanya dengan sadar, mata dapat fokus melihat detail. Dan, Tuhan ada di dalam detail. Di dalam rinci yang sempurna.
Allah tidak hanya mencipta daun sebagai lembaran hijau dengan permukaan yang datar, namun Dia menggaris dan mengarsirnya dengan teliti dan spesifik. Dari hal-hal kecil, yang selama ini diabaikan, bahkan disepelekan, semacam itulah muncul keajaiban-keajaiban yang tidak disangka-sangka. Mewujud keniscayaan Sunnatullah yang sangat indah bernama Mahakarya. Dan, siapa tahu, keajaiban itu adalah hatimu yang lembut dan baik hati? Setiap kita adalah Mahakarya Tuhan.
Sumber
http://candramalik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar