« MANUSIA SEBAGAI SEMESTA TAK TERHINGGA »
“Kau pikir dirimu adalah sebuah tubuh kecil. Namun tidak, di dalam dirimu tersimpan segala semesta.”
-- Imam Ali bin Abi Thalib
Pasase di atas adalah puisi dari sepupu sekaigus menantu Nabi, suami dari belahan jiwa Nabi saw, Fatimah Az Zahra, ayah dari dua ksatria penghulu para Syuhada (Hasan a.s dan Husain a.s).
Ungkapan yang bernada puitis ini menyimpan makna esoteris tersendiri. Manusia, demikian ditulis para penyair, seperti sebuah buku yang tidak akan tamat dibaca oleh umat manusia. Membincang manusia berarti pula menyibak realitas tak terhingga.
Tubuh dan batin manusia, itu adalah "semesta" itu sendiri. Jika manusia bisa membaca diri, niscaya ia melihat segala jenis ilmu pengatahuan pada dirinya itu. Alloh ta'ala berfirman:
“Dan di bumi itu terdapat ayat-ayat bagi orang-orang yang yakin, dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tiada memperhatikan?”
(QS. Adz-Dzaariyaat, 51:20-21)
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa al-Qur'an itu benar.Dan apakah Rabbmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu.” (QS. Fussilat, 41:53)
« ASAL DAN ESENSI MANUSIA »
Manusia adalah misteri Tuhan. Sebuah misteri, di mana ia (manusia) diciptakan dari tanah lempung dan ruh yang ditiupkan Tuhan ke dalam dirinya, yang karenanya para malaikat diperintahkan Tuhan untuk sujud.
Di dalam Islam, siapa pun tidak diperkenankan sujud kepada selain Tuhan, tetapi seperti kita lihat di dalam ayat di bawah ini, Tuhan justru memerintahkan para malaikat sujud kepada Adam as, yang sejatinya adalah manusia:
"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat : Sesungguhnya Aklu akan menciptakan manusia dari tanah. Maka apabila telah kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya Ruh-Ku, maka hendaklah kamu tersungkur bersujud kepadanya."
(QS 38 : 71-72)
Ayat ini merupakan salah satu indikasi bahwa manusia adalah misteri Tuhan. Dan di dalam diri manusia inilah Ruh Ilahi (Divine Spirit) atau percikan Ilahi (Divine Spark) berada dan menjadi esensi manusia. Tubuh manusia terbuat dari unsur-unsur materi: Api, Bumi, Udara, dan Air. Dan juga dilengkapi lima indera eksternal: Penglihatan, Pendengaran, Penciuman, Pengecapan, dan Perabaan serta lima fakultas internal: Pikiran yang bebas, Imajinasi, Kesangsian, Ingatan, dan Keinginan. Semua kuatan-kekuatan ini, baik indera-indera eksternal maupun fakultas-fakultas internal, berfungsi melayani hati (qalb). Hati yang dimaksud di sini bukanlah hati yang bersifat fisik, tetapi hati yang bersifat immateri/nonmateri yang membedakan manusia dengan binatang.
Imam Musa al-Kazhim as mengatakan kepada muridnya Hisyam tentang ayat tersebut, Wahai Hisyam! Sesungguhnya Allah telah berfirman,Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang yang memiliki qalbu (QS. Qaaf [50] ayat 37), qalbu yang dimaksud di sini adalah akal! Imam melanjutkan membaca, Dan sesungguhnya telah Kami anugerahkan hikmah kepada Luqman (QS. 31:12), hikmah dalam ayat ini adalah : pemahaman dan akal!
« MANUSIA: SANG MIKROKOSMOS »
Posisi manusia di alam semesta ini teramat penting. Manusia adalah Mikrokosmos, miniatur dari alam semesta yang merupakan Makrokosmos. Hal ini bisa kita lihat pada aspek fisik manusia yang mengandung semua unsur yang sama dengan unsur-unsur yang ditemukan di alam ini.
Sedangkan pada aspek-aspek batin manusia, terkandung kualitas-kualitas potensial dari semua ciptaan-Nya, dari yang paling rendah, setan dan hewan, sampai yang paling tinggi adalah malaikat. Kualitas-kualitas nafsu syahwat dan mementingkan diri sendiri yang ada pada manusia, terdapat juga pada hewan babi; kualitas kecemburuan dan kemarahan ada pada anjing; kelicikkan dan sifat curang juga ada pada setan. Adapun kekuatan dan cahaya ruhaninya ada pada malaikat. Tetapi yang paling penting, melalui cinta dan ketaatan kepada Tuhan, manusia dapat mencapai suatu kualitas yang lebih tinggi dari para malaikat sekali pun dan oleh karena itulah Tuhan memerintahkan para malaikat untuk sujud kepada manusia.
Bahkan Allah tundukkan semua yang ada di langit maupun di bumi ini bagi manusia.
"Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezeki untukmu; dan dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai. Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya) dan telah menundukkan bagimu malam dan siang dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya."
(QS. Ibrahim [14] ayat : 32-34)
Jika alam (makrokosmos) diciptakan untuk melayani manusia, maka manusia diciptakan untuk melayani Tuhan dan memang itulah tujuan dari penciptaan manusia.
"Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka mengabdi (melayani)-Ku."
(QS Al-Dzaariyaat [51] :56)
Bagi mereka yang menyimpang dari tujuan penciptaannya, ia menjadi tidak layak memperoleh bimbingan dan petunjuk dari Tuhannya. Dan sebagai konsekuensinya, mereka akan ditinggalkan dalam cengkraman dan pengaruh kekuatan-kekuatan hewani dan setaninya, yang akan menyeret mereka ke tempat yang paling rendah dan hina.
"Laa hawla wa laa quwwata illa billah.."
« Mengenal Tuhan Adalah Kebutuhan Jiwa Manusia »
Keterikatan manusia dengan sang Pencipta Yang Maha Esa dan Maha Bijaksana adalah salah satu kebutuhan jiwa yang sangat mendasar, serta hal yang fitri. Oleh karenanya manusia di sepanjang masa dan diberbagai belahan bumi senantiasa terdorong untuk mengenal Tuhan yang menciptakan dan menjadi sebab (illah) bagi terciptanya alam semesta.
“Wahai Saudaraku yang mulia! Apa sebenarnya yang membuatmu tidak mengesakan Allah SWT dengan tauhid hakiki (tauhid al-haqiqi), yang merupakan benteng Allah yang hakiki? Padahal, Dia menciptakan tubuhmu dalam bentuk yang terbaik (ahsan taqwîm), dan menciptakan (jiwa) engkau dalam shûrah (rupa lahiriah) yang indah. Engkau adalah al-ashl (sumber), dan engkau adalah keseluruhan (al-kull). Di dalam dirimu terdapat segalanya, dan darimu segalanya terwujud. Takutlah engkau dari melupakan dzatmu! Karena, tidak ada sesuatu pun yang mencakup Al-Haqq, kecuali engkau, dan tiada sesuatu pun yang mampu memikul amanat selain dirimu. Dia benar-benar telah berfirman kepadamu, “Bumi-Ku dan langit-Ku tidak mampu meliputi (diri)-Ku, dan yang mencakupnya adalah hati hamba-Ku yang beriman.” (Hadis Qudsi) Dia (Allah) SWT berfirman: “Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, tetapi semuanya enggan memikul amanat itu dan mereka khawatir tidak akan melaksanakannya(berat), lalu dipikullah amanat itu oleh manusia. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat bodoh.”(QS al-Ahzâb [33]: 72) Apabila engkau tidak mengetahui kapasitas diri-mu, maka engkau telah berbuat zalim terhadapnya. Maka, engkau telah merendahkannya di bawah kedudukan yang semestinya bagimu. Sebab, kedudukanmu itu agung, dan martabatmu itu mulia. Ia adalah dzat (esensi) bagi sifat-sifat.”
-- Mukaddimah Kitab Jauharul-Haqa’iq karya Syekh Syamsuddin As-Sumatrani (w.1630)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar