Setelah Perang Hunain yang hebat selesai Rasulullah berkata kepada para sahabat, “sesungguhnya perang yang lebih hebat telah menanti kita”. Para sahabat terkejut benar dan langsung bertanya. “Perang apa lagi kiranya ya Rasul Allah yang lebih besar dari perang ini”. Baginda Nabi berkata,“Perang melawan hawa nafsu.”
Baginda Nabi Muhammad melalui sabdanya yang bermaksud: “Berjuanglah kamu melawan hawa nafsumu sebagaimana kamu berjuang melawan musuh-musuhmu.”
Hakikat dari peristiwa jahat dan bejat sesungguhnya adalah kalah melawan diri sendiri. Itulah perang terbesar sepanjang hayat. Yang menghujat tidak kemudian pasti benar, pun yang memuji. Masing-masing kita pun sedang berjihad melawan diri-sendiri. Yang dibutuhkan ketika kenyataan keruh adalah keadaan untuk tetap jernih. Yang di luar diri, itulah kenyataan. Yang di dalam: keadaan. Kenyataan sama, keadaan bisa beda.
Itulah mengapa bukan Alloh yang mengubah nasib suatu kaum, tapi harus kaum itu sendiri. Inilah beda antara takdir dan nasib. Takdir adalah kenyataan, tak bisa diubah. Nasib adalah keadaan, ubahlah menjadi lebih baik. Kenyataan adalah peristiwa yang tidak bisa ditarik lagi sejak keluar. Seperti kata ketika ia telah diucapkan. Tak terhapuskan. Keadaan adalah hal-hal di dalam diri. Dalam hati dan akal. Ia tak nyata. Ia batin. Selamanya tak terindera sebelum dinyatakan.
Hakikat dari peristiwa jahat dan bejat sesungguhnya adalah kalah melawan diri sendiri. Itulah perang terbesar sepanjang hayat.
“karena sesungguhya nafsu itu selalu meyeru kepada kejahatan.”
{QS. Yusuf, 12:53}
Nafsu bekerja menguasai kepala. Menjajah akal. Jangan buru-buru menyalahkan setan. Kerja setan adalah membisiki dada. Hati. Mari berlindung dari Segitiga Bermuda: Celah-Cela-Celaka. Kita suka melihat celah untuk berbuat cela padahal berakibat celaka.
Satu-satunya yang murni Cahaya di antara kita adalah ilmu. Al ilmu nuurun. Benderang jika kita perlakukan tiap hal semulia itu. Yang terbaik selalu harus tetap belajar kepada yang lebih baik. Yang buruk jangan justru diperpuruk diperburuk, tapi diperbaiki.
“Mereka yang berjuang untuk melawan hawa nafsu karena hendak menempuh jalan Kami, sesungguhnya Kami akan tunjuki jalan Kami. Sesungguhnya Alloh itu beserta dengan orang yang buat baik.”
{QS. Surah Al-Ankabut, 29:69}
Perkara ini dinyatakan oleh sebahagian orang bijak,“Barang siapa menyirami anggota badannya dengan hawa nafsu, maka ia menanam pohon penyesalan dalam hatinya.”
[Imam Al-Ghazali, Mukâsyafah al-Qulûb]
Tiada keutamaan seperti jihad dan tiada jihad seperti menentang hawa nafsu. Peperangan melawan hawa nafsu merupakan peperangan yang paling utama sebab ia melibatkan penjagaan hati, diri dan iman.
“Menaklukkan diri sendiri adalah kemenangan yang paling akbar.”
-- Plato
Tidak ada komentar:
Posting Komentar