“Siapa saja yang menyebut asma Alloh tanpa ‘bersaksi’ dan diyakininya, maka kata yang diucapkan itu bohong belaka”
-- Al-Junaid
Setiap tarikan nafas kita, itu merupakan makna dan arti dari syahadat. Setiap tarikan nafas kita itu mengandung penyaksian kita kepada Alloh, penyaksian bukti adanya Alloh yang meliputi diri kita.
Sifat, asma dan afal-Nya selalu dalam setiap tarikan nafas & detak jantung kita. Dalam tingkatan Iman, kita ada yang bersaksi dengan lisan, hati dan ada yang bersaksi dengan kelakuan.
Syahadat tidak hanya di sebut dan di yakini dalam hati saja, tapi sudah menjadi syahadat itu sendiri, setiap tarikan nafas, gerak dan laku, sikap dan perbuatan, merupakan saksi dari sifat, asma dan perbuatan Nya.
Menyadari semua dan segala sesuatu yang ia lakukan adalah, atas sifat, asma dan af'al Alloh, hingga segala sesuatu tiada yang melekat dalam diri..amal ibadahnya dan kebajikannya tidak melekat..berjalan begitu saja sesuai kehendak hati..dan kehendak Illahi...
Jika telah sempurna Syahadat maka syah lah Sholatnya dan di terima Shaumnya serta di ridhoi zakatnya dan mabrur lah Hajjinya..
Di katakan ber-IMAN jika benar-benar telah MENYAKSIKAN apa yang TERSAKSIKAN. Jika belum MENYAKSIKAN maka belumlah dikatakan BERIMAN namun masih mengaku BERIMAN. IMAN tidak hanya sekedar PERCAYA namun juga YAQIN. PERCAYA dan YAQIN dapat tertanam pada diri ketika telah MISRA (teresapi, terhayati, tersadari), itulah... IMAN yang ber-INTI-kan PENYAKSIAN.
MUSLIM yang memandang Alloh ta’ala dengan HATI ('Ainul Bashiroh) atau muslim yang bermakrifat adalah muslim yang selalu meyakini ke-HADIR-anNya, selalu SADAR dan INGAT kepadaNya.
Imam Qusyairi mengatakan “Asy-Syahid/Penyaksi untuk menunjukkan sesuatu yang HADIR dalam HATI, yaitu sesuatu yang membuatnya selalu SADAR dan INGAT, sehingga seakan-akan si Pemilik Hati tersebut senantiasa 'MELIHAT' dan 'MENYAKSIKAN-Nya, sekalipun DIA tidak tampak. Setiap apa yang membuat ingatannya menguasai hati seseorang maka dia adalah seorang SYAHID (Penyaksi)”
Ya Alloh..berilah Hamba senantiasa KESADARAN dalam MENYADARI ke-HADIR-an-MU...karena Hamba memang tidak akan mampu untuk meng-HADIR-kan-MU..
Nabi Ibrahim as, bermunajat,
“Ilahi, jika bukan karena ENGKAU, bagaimana aku mengenal siapa Diri-MU..”
Jika telah sempurna Syahadat maka syah lah Sholatnya dan di terima Shaumnya serta di ridhoi zakatnya dan mabrur lah Hajjinya..
Di katakan ber-IMAN jika benar-benar telah MENYAKSIKAN apa yang TERSAKSIKAN. Jika belum MENYAKSIKAN maka belumlah dikatakan BERIMAN namun masih mengaku BERIMAN. IMAN tidak hanya sekedar PERCAYA namun juga YAQIN. PERCAYA dan YAQIN dapat tertanam pada diri ketika telah MISRA (teresapi, terhayati, tersadari), itulah... IMAN yang ber-INTI-kan PENYAKSIAN.
MUSLIM yang memandang Alloh ta’ala dengan HATI ('Ainul Bashiroh) atau muslim yang bermakrifat adalah muslim yang selalu meyakini ke-HADIR-anNya, selalu SADAR dan INGAT kepadaNya.
Imam Qusyairi mengatakan “Asy-Syahid/Penyaksi untuk menunjukkan sesuatu yang HADIR dalam HATI, yaitu sesuatu yang membuatnya selalu SADAR dan INGAT, sehingga seakan-akan si Pemilik Hati tersebut senantiasa 'MELIHAT' dan 'MENYAKSIKAN-Nya, sekalipun DIA tidak tampak. Setiap apa yang membuat ingatannya menguasai hati seseorang maka dia adalah seorang SYAHID (Penyaksi)”
Ya Alloh..berilah Hamba senantiasa KESADARAN dalam MENYADARI ke-HADIR-an-MU...karena Hamba memang tidak akan mampu untuk meng-HADIR-kan-MU..
Nabi Ibrahim as, bermunajat,
“Ilahi, jika bukan karena ENGKAU, bagaimana aku mengenal siapa Diri-MU..”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar