{QS. Fushilaat, 41:53}
“Kami akan
memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan
pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur'an itu
benar. Dan apakah tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan
segala sesuatu?”
{QS. Fushilaat,
41:53}
Energi apa yang menggerakan perputaran planet-planet di alam
semesta ini, dan semuanya bergerak secara teratur. Adakah sebuah kesadaran
dalam bentuk personal dibalik itu?
“Maka apakah kamu
tidak merenung/memikirkan?”
{QS. Al An’am, 6:50)
Apakah dengan mengetahuinya akan tercapai apa yang
diharapkannya?
Apakah sesungguhnya yang diharapkan dalam mengetahui hal
itu?
Sebuah kecerdasan intelektualkah?
Sebuah kepastian eksistensi Sang Penciptakah?
Sebuah keyakinan yang meragu untuk dapat lebih yakinkah?
Sebuah keangkuhan bahkan mungkin terselip disana?
Atau sekedar kepuasan rasa penasaran yang menggelora?
Semua itu bebas dapat dipilih oleh manusia. Namun
menyadarinya adalah yang terpenting akan hal itu.
“Supaya kamu berfikir
(tafakkur).”
{QS. Al-Baqarah,
2:219}
Detak jantung manusia, irama dalam berbicara, pergerakan dari bintang-bintang & planet-planet, pasang naik & pasang surut, pergantian musim. Hal-hal ini terukir sangat dalam pada kesadaran manusia, bukan sebagai pencitraan yang acak, tapi sebagai gejala riil yang menyatakan satu kebenaran mendasar tentang alam raya.
“untuk menjadi petunjuk
dan peringatan bagi orang-orang yang berfikir.”
{QS. Ghâfir: 54}
Keteraturan itu melampaui intelektual kita. Apapun itu, kita dapat melihat dan memahaminya dalam kesadaran kita. Kita berada dalam keteraturan itu, yang tak mampu diterjemahkan oleh pikiran manusia. Kesadaran itulah yang mengiringi keteraturan itu, sebagai arus yang sangat deras mengalir melampaui pikiran manusia..
“Dan Dia telah
menundukan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai
rahmat) dari padanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar benar terdapat
tanda tanda ( kekuasaan Alloh) bagi kaum yang berfikir.”
(QS. Al-Jatshiyah,
45:13)
Nabi SAW bersabda:
“Tafakur sesaat lebih besar pahalanya daripada ibadah setahun.”
Tafakur adalah esensi dari sholat, tafakur adalah
mengingat/parangereng (bhs bugis)/Dzikrullah, disebutkan dalam Al-Qur'an:
“Dan sesungguhnya, mengingat Alloh adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Alloh mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”
(QS. Al-Ankabut, 29:45)
Karena di dalam merenung (wukuful qalby) kita akan mengenal
siapa diri kita, dan menjadi jalan untuk mengenal-Nya (ber-mari'fat), sedang
mengenal-Nya (tentunya di saat pada pengenalan ini kondisi kita dalam kondisi
"Fana ul fana" (mati sebelum mati, atau seperti kondisi Musa yang
pingsan dalam bukit Sin) itu sungguh lebih mulya nilai-Nya dengan dunia dan
surga dengan segala isinya..
Objek tafakur adalah diri sendiri - suatu perenungan dengan
melihat, menganalisa, meyakini secara pasti (Haqul Yakin) terhadap segala
sesuatu yang berhubungan dengan Alloh SWT - kemudian alam semesta & segala
ciptaanNya.
Pada tahap yang lebih tinggi, kemampuan seseorang dalam
berkonsentrasi (khusyuk) serta mengamati diri sendiri, akan sampai pada
pengetahuan tentang alam semesta dan asal mulanya segala sesuatu. Sedangkan
diri kita itu merupakan micro cosmos - miniatur alam semesta ini. Semakin kita
mengenali diri kita, berarti kita semakin memahami hukum-hukum alam semesta.
Al-Junaid ra berkata: “Majelis yang paling mulia dan paling
tinggi adalah duduk dengan memikirkan medan tauhid, hembusan angin makrifat,
minum dengan gelas cinta dari lautan kasih dan pandangan dengan prasangka baik
kepada Alloh SWT. Aduhai betapa agungnya majelis dan betapa lezatnya minuman.
Bahagialah bagi orang yang dianugerahinya.”
Dorongan untuk bertafakur, tadabur, berpikir, dan mengambil
pelajaran dapat diketahui dari ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits.
Keutamaan tafakur disebutkan Alloh dalam bentuk pujian,
“(yaitu) orang-orang yang mengingat Alloh sambil berdiri
atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah
engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka perliharalah kami
dari siksa neraka.”
{QS. Ali Imran, 3: 191}
*Night Shift III, CPP Lab KPC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar