Jumat, 03 Januari 2014

An-Nas (Manusia)



“Qul a'uudzu birabbi 'n-naas - Katakanlah, Aku berlindung kepada Tuhan manusia.”

Ya, aku berlindung kepada Tuhan yang menciptakan manusia dari saripati angin, yang darinya tercipta nafas, yang dengannya aku hidup.

Dari saripati air, yang darinya tercipta tulang-sumsum, yang dengannya aku hidup.

Dari saripati api, yang darinya tercipta darah, yang dengannya aku hidup.

Dari saripati tanah, yang darinya tercipta kulit-daging, yang dengannya aku hidup.


“Maliki 'n-naas - Raja Manusia.”

Aku berlindung kepada Allah yang merajai manusia. Aku taklukan yang bergerak atau tidak bergerak atas PerintahNya. Terhadap hamba-hambaNya yang takluk dan berserah diri, Tuhan memerdekakan mereka dari rasa takut dan sedih.

Tuhan, yang merajai manusia, lebih tahu tentang hamba-hambaNya daripada diri mereka sendiri. Dia Maha Tahu segala sesuatu. Tuhan, yang merajai manusia, memilih hamba-hambaNya sebagai pemimpin bagi diri mereka sendiri dan pemimpin di muka bumi.


“Ilaahi 'n-naas - Sesembahan manusia.”

Aku berlindung kepada Allah; Tuhan manusia, Raja manusia, Sesembahan manusia. Allah adalah Tuhan dan akulah makhluk. Allah adalah Raja dan akulah taklukan. Allah adalah Sesembahan dan akulah hamba. Aku berlindung kepada Allah dari keburukan sifat makhluk yang ingkar, taklukan yang melawan, dan hamba yang memberontak. Allah-lah yang mengeluarkan manusia dari mulut rahim ibunya tanpa bisa apa-apa lalu memberi pendengaran, penglihatan, dan akal-budi.

Bagiku, Dia Tuhan, Raja, Sesembahan. BagiNya, aku makhluk, taklukan, hamba. Kepadaku, Dia memberi pendengaran, penglihatan, akal-budi. Sebagai makhluk, taklukan, dan hamba, selayaknya aku berlindung kepada Tuhan, Raja, dan Sesembahan, dari keburukan, kelemahan, dan kelalaianku.


“Min syarri 'l-waswaasi 'l-khannaas - (Aku berlindung) dari kejahatan musuh yang nyata namun tersembunyi.”

Musuh itu dari dalam diri. Dari keburukan yang bersembunyi dalam kebaikan. Dari kehinaan yang bersembunyi dalam kemuliaan. Musuh itu dari dalam diri. Dari kenistaan yang bersembunyi dalam kehormatan. Dari ketamakan yang bersembunyi dalam kemurahan.

Musuh itu di dalam diri. Menjadikan tak jelas lagi mana kesejatian mana kepalsuan, mana ketulusan mana keserakahan. Musuh itu di dalam diri. Menjadi tidak jelas lagi mana kesungguhan mana kebatilan. Mana kerelaan mana keterpaksaan.


“Alladzii yuwaswisu fii shuduuri 'n-naas - Yaitu yang membisikkan [kejahatan] ke dalam dada manusia. ”

Kepada Tuhan segala makhluk, yang mengilhami kefasikan dan ketakwaan kepada jiwa manusia (sebagaimana QS. Asy Syams, 91:8), aku berlindung dari diriku sendiri. Kepada Tuhan segala ciptaan, aku berlindung dari saripati angin, air, api, dan tanah dalam diriku yang menjelma nafsu-nafsu. Kepada Tuhan segala asal-muasal, aku berlindung dari angan yang berumah di kepala dan ingin yang berumah di dada. Kepada Tuhan segala kejadian, aku berlindung dari dosa dan pahala yang menyekutukan Allah dengan upaya dan pamrih manusia.

Kepada Tuhan segala kejadian, aku berlindung dari dosa dan pahala yang menyekutukan Allah dengan upaya dan pamrih manusia. Sungguh, yang dibisikkan ke dada manusia adalah prasangka. Darinya muncul benci dan cinta yang dari keduanyalah fasik dan takwa.


“Mina 'l-jinnati wa 'n-naas - (Pembisik kejahatan itu) dari golongan jin dan manusia.”

Aku berlindung kepadaMu ya Tuhan, Raja, dan Sesembahan, dari golongan jin dan manusia yang membisikkan tipudaya ke dalam dada. Sesungguhnya tidaklah Allah menciptakan jin dan manusia selain untuk beribadah, maka sepatutnya kami berlindung kepadaNya dari saling goda. Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan, yang menjelma bayangan bagi nafsu, sehingga tak mudah membedakan mana dia mana aku. Dan, aku berlindung kepada Allah dari malaikat, dari pencatatannya yang membuatku berhitung laba dan pahala dari setiap tindakan.

Aku berlindung kepada Allah yang meliputi segala sesuatu. Dia bukan di dalam, bukan di luar, bukan di atas, bukan pula di bawah. Aku berlindung kepada Allah yang meliputi segala sesuatu. Dia tidak di depan, tidak di belakang, tidak di kiri, tidak di kanan. Dialah Allah yang menciptakan aku. Dan, aku pun bukan utara, timur, selatan, barat. Aku bukan arah bagi diriku. Aku tepat berada pada diriku sendiri. Akulah penentu segala penjuru. Aku berlindung kepada Allah. Dialah Tuhanku, Rajaku, Sesembahanku. Akulah makhlukNya, taklukanNya, hambaNya. Aamiin...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar