“Ya Alloh, peliharalah kehormatan wajahku dengan kecukupan. Jangan jatuhkan martabatku dengan kemiskinan, sehingga aku terpaksa mengharapkan rizki dari manusia, yang justru mengharapkan rizki-Mu, atau memohon belas kasihan dari hamba-hambamu yang jahat. Atau tertimpa bala’ sehingga memuji siapa yang memberiku atau mencela siapa yang menolakku. Sedangkan Engkau, Engkaulah yang ada di balik semuanya itu, yang sebenarnya memberi atau menolak. Sesungguhnya Engkau, Engkaulah yang Mahakuasa atas segala-galanya.
Allahumma, Engkaulah yang paling dekat menghibur para wali-Mu, yang paling menjamin kecukupan bagi siapa saja yang bertawakkal kepada-Mu. Engkau melihat sampai ke lubuk hati mereka, menembus jauh ke dalam nurani mereka. Semua rahasia mereka telanjang dihadapan Engkau, semua bisikan hati mereka mendamba dan mengharap dari-Mu. Bila tersiksa dengan keterasingan, mereka terhibur dengan sebutan-Mu. Dan bila tercurah atas mereka aneka ragam musibah, mereka pun berlindung kepada-Mu. Mereka sungguh-sungguh mengerti bahwa kendali atas segalanya ada di tangan-Mu, sebagaimana pula bahwa segala kemunculannya berasal dari ketentuan-Mu.
Allahumma, bila aku tak mampu mengutarakan permohonanku, atau tak mampu melihat keinginanku, tunjukilah aku sesuatu sejauh yang akan mendatangkan maslahat bagiku. Sebab, itu semua bukanlah hal yang menakjubkan jika ada di antara jalan-jalan hidayah-Mu, bukan pula itu adalah sesuatu yang baru diantara kekuasaan-kekuasaan-Mu.
Allahumma, sikapilah daku dengan ampunan-Mu, dan jangan perlakukan aku dengan keadilan-Mu.”
-- Ali bin Abi Thalib r.a. dari Nahjul Balaghah.
Catatan:
“Allahumma, bila aku tak mampu mengutarakan permohonanku, atau tak mampu melihat keinginanku, tunjukilah aku sesuatu sejauh yang akan mendatangkan maslahat bagiku. Sebab, itu semua bukanlah hal yang menakjubkan jika ada di antara jalan-jalan hidayah-Mu, bukan pula itu adalah sesuatu yang baru diantara kekuasaan-kekuasaan-Mu.”
Maksudnya, Ya Alloh, jika aku tak tahu lagi harus meminta apa, atau tak mampu lagi mendefinisikan keinginanku sendiri, maka perjalankanlah aku ke mana saja yang Kau tahu akan membawa kebaikan bagiku. Sebab hal-hal seperti itu sama sekali bukan keajaiban jika terjadi pada mereka yang menempuh jalan-jalan yang Engkau tunjuki, dan bukan sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya (sudah sesuatu yang lumrah terjadi) bagi kekuasaan-Mu (tidak ada yang ajaib dan mengherankan jika dilihat bahwa Dia Mahakuasa).
“Allahumma, sikapilah daku dengan ampunan-Mu, dan jangan perlakukan aku dengan keadilan-Mu.”
Maksudnya, jika Alloh mengedepankan keadilan-Nya, maka setiap kesalahan dan kekhilafan akan langsung diberi balasan yang setimpal, saat itu juga. Padahal tak ada satu pun manusia yang bebas dari kesalahan, yang selalu benar seratus persen. Yang membuat Alloh menunda, menunggu permohonan ampun adalah sifat Maha Penyayang dan Maha Pengampun-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar