“Aku (Rasulullah SAW) adalah kota ilmu dan Ali adalah
pintunya dan siapa yang hendak memasuki kota itu hendaklah melalui pintunya.”
-- Mustadrak As Shahihain Al Hakim no 4638 dishahihkan oleh Al Hakim dan Ibnu Ma’in
-- Mustadrak As Shahihain Al Hakim no 4638 dishahihkan oleh Al Hakim dan Ibnu Ma’in
Pada suatu ketika Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menyatakan bahwa dirinya diibaratkan
sebagai kota ilmu, sementara Ali bin Abi Thalib adalah gerbangnya ilmu.
Mendengar pernyataan yang demikian, sekelompok kaum Khawarij tidak
mempercayainya. Mereka tidak percaya, apa benar Ali bin Abi Thalib cukup pandai
sehingga ia mendapat julukan “gerbang ilmu” dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam.
Berkumpullah sepuluh orang dari kaum
Khawarij. Kemudian mereka bermusyawarah untuk menguji kebenaran pernyataan
Rasulullah tersebut. Seorang di antara mereka berkata, “Mari sekarang kita
tanyakan pada Ali tentang suatu masalah saja. Bagaimana jawaban Ali tentang
masalah itu. Kita bisa menilai seberapa jauh kepandaiannya. Bagaimana? Apakah
kalian setuju?”
“Setuju!” jawab mereka serentak.
“Tetapi sebaiknya kita bertanya
secara bergiliran saja”, saran yang lain.
“Dengan begitu kita dapat mencari
kelemahan Ali. Namun bila jawaban Ali nanti selalu berbeda-beda, barulah kita
percaya bahwa memang Ali adalah orang yang cerdas.”
“Baik juga saranmu itu. Mari kita
laksanakan!” sahut yang lainnya.
Hari yang telah ditentukan telah
tiba. Orang pertama datang menemui Ali lantas bertanya, “Manakah yang lebih
utama, ilmu atau harta?”
“Tentu saja lebih utama ilmu,” jawab
Ali tegas.
“Ilmu adalah warisan para Nabi dan
Rasul, sedangkan harta adalah warisan Qarun, Fir’aun, Namrud dan lain-lainnya,
” Ali menerangkan.
Setelah mendengan jawaban Ali yang
demikian, orang itu kemudian mohon diri.
Tak lama kemudian datang orang kedua
dan bertanya kepada Ali dengan pertanyaan yang sama. “Manakah yang lebih utama,
ilmu atau harta?”
“Lebih utama ilmu dibanding harta,”
jawab Ali.
“Mengapa?”
“Karena ilmu akan menjaga dirimu,
sementara harta malah sebaliknya, engkau harus menjaganya.”
Orang kedua itu pun pergi setelah
mendengar jawaban Ali seperti itu. Orang ketiga pun datang menyusul dan
bertanya seperti orang sebelumnya.
“Bagaimana pendapat tuan bila ilmu
dibandingkan dengan harta?”
Ali kemudian menjawab bahwa, “Harta
lebih rendah dibandingkan dengan ilmu?”
“Mengapa bisa demikian tuan?” tanya
orang itu penasaran.
“Sebab orang yang mempunyai banyak
harta akan mempunyai banyak musuh. Sedangkan orang yang kaya ilmu akan banyak
orang yang menyayanginya dan hormat kepadanya.”
Setelah orang itu pergi, tak lama
kemudian orang keempat pun datang dan menanyakan permasalahan yang sama.
Setelah mendengar pertanyaan yang diajukan oleh orang itu, Ali pun kemudian
menjawab, “Ya, jelas-jelas lebih utama ilmu.”
“Apa yang menyebabkan demikian?”
tanya orang itu mendesak.
“Karena bila engkau pergunakan
harta,” jawab Ali, “jelas-jelas harta akan semakin berkurang. Namun bila ilmu
yang engkau pergunakan, maka akan semakin bertambah banyak.”
Orang kelima kemudian datang setelah
kepergian orang keempat dari hadapan Ali. Ketika menjawab pertanyaan orang ini,
Ali pun menerangkan, “Jika pemilik harta ada yang menyebutnya pelit, sedangkan
pemilik ilmu akan dihargai dan disegani.”
Orang keenam lalu menjumpai Ali
dengan pertanyaan yang sama pula. Namun tetap saja Ali mengemukakan alasan yang
berbeda. Jawaban Ali tersebut ialah, “Harta akan selalu dijaga dari kejahatan,
sedangkan ilmu tidak usah dijaga dari kejahatan, lagi pula ilmu akan
menjagamu.”
Dengan pertanyaan yang sama orang
ketujuh datang kepada Ali. Pertanyaan itu kemudian dijawab Ali, “Pemilik ilmu
akan diberi syafa’at oleh Allah Subhaanahu wa Ta’ala di hari kiamat nanti,
sementara pemilik harta akan dihisab oleh Allah kelak.”
Kemudian kesepuluh orang itu
berkumpul lagi. Mereka yang sudah bertanya kepada Ali mengutarakan jawaban yang
diberikan Ali. Mereka tak menduga setelah mendengar setiap jawaban, ternyata
alasan yang diberikan Ali selalu berbeda. Sekarang tinggal tiga orang yang
belum melaksanakan tugasnya. Mereka yakin bahwa tiga orang itu akan bisa
mencari celah kelemahan Ali. Sebab ketiga orang itu dianggap yang paling pandai
di antara mereka.
Orang kedelapan menghadap Ali lantas
bertanya, “Antara ilmu dan harta, manakah yang lebih utama wahai Ali?”
“Tentunya lebih utama dan lebih
penting ilmu,” jawab Ali.
“Kenapa begitu?” tanyanya lagi.
“Dalam waktu yang lama,” kata Ali
menerangkan, “harta akan habis, sedangkan ilmu malah sebaliknya, ilmu akan
abadi.”
Orang kesembilan datang dengan
pertanyaan tersebut. “Seseorang yang banyak harta”, jawab Ali pada orang ini,
“akan dijunjung tinggi hanya karena hartanya. Sedangkan orang yang kaya ilmu
dianggap intelektual. “
Sampailah giliran orang terakhir. Ia
pun bertanya pada Ali hal yang sama. Ali menjawab, “Harta akan membuatmu tidak
tenang dengan kata lain akan mengeraskan hatimu. Tetapi, ilmu sebaliknya, akan
menyinari hatimu hingga hatimu akan menjadi terang dan tentram karenanya.”
Ali pun kemudian menyadari bahwa
dirinya telah diuji oleh orang-orang itu. Sehingga dia berkata, “Andaikata
engkau datangkan semua orang untuk bertanya, insya Allah akan aku jawab dengan
jawaban yang berbeda-beda pula, selagi aku masih hidup.”
Kesepuluh orang itu akhirnya
menyerah. Mereka percaya bahwa apa yang dikatakan oleh Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam di atas adalah benar adanya. Dan ali memang pantas mendapat
julukan “gerbang ilmu”. Sedang mengenai diri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam sudah tidak perlu diragukan lagi
Wa min Allah at taufiq hidayah wal
inayah, wa bi hurmati Habib wa bi hurmati fatihah..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar