“Induk dari segala berhala adalah berhala yang kau sebut sebagai aku.”
Demikian kata Rumi. Dalam memahami ungkapan tersebut, ada yang bingung, ada yang jelas bahkan gamblang.
Beruntunglah yang paham, dan beruntung juga yang bingung dan tetap berusaha memahami.
Pikirkan apa yang menjadi kapasitas pikiran, dan rasakan apa yang menjadi kapasitas rasa..
Terkadang dalam Kehidupan ini sungguh banyak sekali manusia
yang tiada pernah MENYADARI.. selalu dan selalu mengaku-ngaku dan merasa-rasa..
Beranggapan dan menyatakan bahwa tubuh ini adalah tubuhku.. tangan ini adalah
tanganku.. kepala ini adalah kepalaku.. kaki ini adalah kakiku.. jasad ini
adalah jasadku.. dan seluruhnya di akuinya sebagai kepunyaanku dan milikku..
Benarkah itu semua? Mari kita renungkan.. Jika tubuh itu adalah
tubuhmu, sejak kapankah engkau menciptakannya? Jika tangan itu adalah tanganmu,
sejak kapankah engkau menciptakannya? Jika Kepala ini adalah kepalamu, sejak
kapankah engkau menciptakannya? Jika kaki itu adalah kakimu, sejak kapankah
engkau menciptakannya? Jika jasad itu adalah jasadmu, sejak kapankah engkau
menciptakannya? Demikian pula dengan Sholatku,
Puasaku, Zakatku, ku dsb, ku dsb...
Jadi sesungguhnya sadarilah sungguh itu semua bukan milikmu.
Itu semua adalah milik Alloh sebagai Bukti adanya Alloh...
Lalu bagaimana dengan Ruh yang ada pada diri? Sungguh
ketahuilah dan kenalilah sungguh-sungguh bahwa Ruh itu adalah Saksi adanya
Alloh, dengan adanya Ruh itu, maka seseorang bisa sampai kepada Tuhannya....
Jasad manusia bersifat baru, ruh (berasal satu dari Nur
Muhammad) sudah ada sejak zaman azali dan ketika di dalam rahim telah ma'rifat
kepada Alloh, ketika lahir manusia lupa, makanya dalam perjalanan hidupnya
manusia harus bersih agar bisa kembali kepada fitrah yaitu ma'rifatullah,
dengan jalan menundukkan hawa nafsunya dan mensucikan jiwanya, dengan ruh (nur)
inilah diri sejati manusia dapat ma'rifatullah.
Jadi, ketahuilah dan sadarilah dengan sesadar-sadarnnya
bahwa DIRI ini meliputi LAHIR dan BATHIN bukan MILIKKU yang DIAKU-AKU dan DI
RASA-RASA melainkan semuanya MURNI MILIK ALLOH TA'ALLA.. HAQ ALLOH TA'ALLA..
dan DIRI ini JAHIR BATHIN adalah BUKTI dan SAKSI ADANYA ALLOH TA'ALLA..
Dan mereka yang selalu MENGAKU-NGAKU dan MERASA-RASA
memiliki semuanya ini adalah DIRI-DIRI yang TERTIPU.. Terus dimanakah milikku
itu bahkan diriku itu? Tiada aku yang ada hanya Aku, atau diriku adalah tiada
yang ada hanya adalah Dia...
"Inal-adam ila
al-maujud, tsumma al-adam ba'da al-maujud - Dari tiada menjadi ada, kembali
tiada setelah ada."
"Sungguh segala
sesuatu itu tiada, kecuali yang hanya ada abadi hanyalah wajah Tuhanmu yang
memiliki kebesaran dan kemuliaan. Maka nikmat Tuhan kamu yang mana lagikah yang
kamu dustakan?"
{QS. Ar-Rahman, 55:
26-28}
Wahai makhluk kecil. Kembalilah dari tiada ke tiada, sesuatu
yang tiada tidak akan pernah menjadi Ada, dan sesuatu yang Ada tidak akan
menjadi tiada. Ada yang kau jalani saat ini adalah Ada menuju proses
ketiadaan..
"Kullu syai' in
Haalikun Illa Wajhahu - Segala sesuatu pasti binasa, kecuali wajah-Nya".
{QS. Al-Qasas, 28:88}
Bagaimana aku bisa
berpaling dari-MU, sedang dimana aku memandang disitu jelas wajah-MU, dimana
aku berada disitu Engkau tegakan langit untukku, aku menjauh-pun bersama-MU, apa
lagi mendekat..
Aku ingkar, dengan
kesabaran-MU, Engkau tuntun aku kembali pada-MU. Aku berdosa, Engkau datang
dengan pengampunan-MU, yang mendahului tobatku..
Aku tersesat, Engkau
raih tanganku agar tetap pada jalan-MU, sungguh Maha Suci Alloh, dengan segala
Keindahan-Nya..
Duhai jiwa yang rapuh,
masihkah kau bertanya tentang Diri-Nya?! Nyata dan tidak nyata, bukankah,
adanya nafas, bukti adanya DIA, detak jantungmu, wujud sifat Hayat-Nya..
Ohhhh, duhai jiwa yang
rana, sungguh Dia nyata dalam segala sesuatu,..
Bilakah kau ingin meniti jalan menuju hadrat-Nya dan kau tak
akan pernah sampai, walau sejauh mana perjalananmu, sebelum terhapus jejak
'akumu' dalam setiap langkahmu, dan kau sadari bahwa setiap langkah yang kau
tinggalkan dan yang akan kau jalani, adalah telapak langkah dari Rabb-mu, bukan
telapak langkahmu..
Salam Kontemplasi!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar