Langit itu tidak memiliki warna. Namanya juga langit-langit. Mengawang-ngawang saja di atas kepala. Tapi kenapa ia seolah punya warna biru. Kadang berganti merah. Kadang jingga. Kadang ada pelangi. Bahkan kadang ada sejuta warna aurora di relungnya. Simpel. Langit hanya ‘memantulkan’ apapun yang ada di sekitarnya.
“Demi langit yang mengandung hujan.”
{QS. Ath-Thaariq, 86:11}
Ada labirin yang terbuat dari bianglala/pelangi, tapi orang seperti dia tidak pernah dibuat takjub oleh warna-warni, yang membuatnya ‘hidup’ adalah hujan! Dan suara konstan - menggelegar yang turun dari langit..
Beberapa hari terakhir ini, matahari ‘malu-malu’ untuk menyapa siang. Hujan lebat terjadi dimana-mana, mencipta gemuruh dan deras air.
Nikmat Alloh begitu besar untuk kesejukan udara, kesuburan tanah, kesejahteraan makhluk dan iklim. Di sisi lain, ada juga yang merasakan derita dan susah-payah karena banjir.
Seolah-olah Alloh sedang menghujani manusia dengan menunjukan cara-cara untuk bersyukur, berbenah, introspeksi, istirahat, bertanggung jawab, kerja-keras, belajar dan tolong-menolong...
“Allohumma Shayiban Naafi'an.”
Terima kasih atas hujan-Mu ya Alloh, semoga membawa berkah dan kesejahteraan untuk kami. Alloh Ta'ala berfirman:
“Dan, buatkanlah untuk mereka (manusia) perumpamaan kehidupan dunia ini ibarat air (hujan) yang Kami turunkan dari langit, sehingga menyuburkan tumbuh-tumbuhan di bumi, kemudian (tumbuh-tumbuhan) itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan, Alloh Mahakuasa atas segala sesuatu. Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amal kebajikan yang terus menerus adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.”
(QS Al-Hadid: 20)
*Tabik!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar