Rabu, 22 Januari 2014

Doa Dzun Nun al-Mishri

“Ya Allah, jadikan mata kami mampu mengucurkan air mata, dada kami penuh dengan ungkapan-ungkapan dan semangat, hati kami sanggup menyelami gelombang dalam mengetuk pintu-pintu langit, dan ketika tersesat di gurun pasir karena takut kepada-Mu.

Bukakan mata hati kami pintu menuju ma'rifat-Mu dan (bukakan) pengetahuan kami suatu pemahaman dalam merenungkan sinar hikmah-Mu.

Wahai Kekasih Hati orang-orang yang sangat merindukan-Mu dan tumpahan akhir cinta orang-orang yang banyak berharap kepada-Mu.”


Dzun Nun al Mishri adalah sufi pertama yang banyak menonjolkan konsep ma’rifat. Nama lengkapnya adalah Abu al Faidh Tsaubah bin Ibrahim al Mishri Ia dilahirkan di Ikhmim, dataran tinggi Mesir, pada tahun 180 H/796 M. dan wafat pada tahun 246 H./856 M.

Nun ditangkap dengan tuduhan bid’ah dan dikirim ke kota Baghdad untuk di penjarakan di sana. Setelah di adili, khalifah memerintahkan agar ia dibebaskan dan dikembalikan ke Kaim. Di kota ini ia meninggal tahun 246 H/856 M.

Julukan Dzun Nun diberikan kepadanya sehubungan dengan berbagai kekeramatan yang diberikan Allah kepadanya. Di antaranya ia pernah mengeluarkan anak dari perut buaya di sungai nil dalam keadaan selamat atas permintaan ibu dari anak tersebut. Dalam kisah lain disebutkan suatu ketika Dzun Nun menumpang sebuah kapal saudagar kaya. Tiba-tiba saudagar itu kehilangan permata yang amat berharga. Dzun Nun dituduh mencurinya. Dzun Nun disiksa dan dianiaya serta dipaksa untuk mengembalikan permata yang hilang itu. Dalam keadaan tersiksa dan teraniaya itu, ia menengadahkan kepalanya ke langit sambil berdo’a, “Wahai Tuhan, Engkaulah Yang Maha Tahu.” Mendadak muncullah ribuan ekor ikan Nun ke permukaan air mendekati kapal sambil membawa permata yang lebih besar dan indah di mulut masing-masing ikan. Dzun Nun lalu mengambil salah satu permata dan menyerahkannya ke saudagar tersebut. Sejak peristiwa aneh itu, ia digelari Dzun Nun, artinya yang empunya ikan nun.

Suatu hari Dzun Nun al Mishri ditanya tentang cara memperoleh ma’rifat, ia menjawab,

“’Arafu rabbi bi rabbi walau la rabbi lamma ‘arafu rabbi - Aku mengenal Tuhan karena Tuhan, dan sekiranya tidak karena Tuhan , aku tidak akan mengetahui Tuhan.”

Dzun Nun al Mishri mempunyai sestematika tersendiri dalam perjalanan rohaninya menuju tingkat ma’rifat. Dari teks-teks ajarannya, Abu Hamid Mahmud mencoba menggambarkan tariqahnya sebagai berikut:
1. Orang yang bodoh adalah orang yang tidak mengenal jalan menuju Allah dan tidak ada usaha untuk mengenalnya.
2. Jalan itu ada dua macam, yaitu thariq al inabah ialah jalan yang dimulai dengan meminta cara ikhlas dan benar, dan thariq al ihtiba, jalan ini tidak mensyaratkan apa-apa pada seseorang, jalan ini urusan Allah semata.
3. Di sisi lain Dzun Nun al Mishri mengatakan manusia itu terdiri dari dua macam, yaitu dari dan wasil. Dari adalah orang yang menuju jalan iman, sedangkan wasil adalah yang berjalan di atas kekuatan al ma’rifat

Menurut Dzun Nun al Mishri, sebelum ia sampai pada maqam al ma’rifat, dia melihat Tuhan melalui tanda-tanda kebesaran-Nya yang terdapat di alam semesta. Suatu ungkapan puisinya adalah sebagai berikut:

“….Ya Rabbi, aku mengenal-Mu melalui bukti-bukti karya-Mu dan tindakan-Mu dengan ridaku dengan semangat Engkau dalam kecintaan-Mu, dengan kesentosaan dan niat teguh.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar