Dalam era kebangkitan Islam yang ke dua di akhir zaman ini, kita wajib meniru apa yang Rasulullah SAW lakukan hingga beliau berjaya dalam kebangkitan Islam kali pertama. Hal yang Rasulullah SAW perjuangkan pertama-tama adalah persoalan Tauhid, yaitu memperkenalkan Allah SWT sebagai satu-satunya Tuhan yang layak disembah.
Rasulullah SAW berjuang selama tiga belas tahun di Makkah. Itulah masa Rasulullah berdakwah dan mengumpulkan pengikut-pengikutnya. Mula-mula secara sembunyi-sembunyi dan kemudian secara terang-terangan. Dalam masa tiga belas tahun itu, Rasulullah hanya ‘membawa Tuhan’ kepada para Sahabat dan memperkenalkan para Sahabat kepada Tuhan. Dalam majlis yang resmi atau tidak resmi, dalam majlis keramaian, apabila berjalan-jalan dengan para Sahabat, bahkan pada setiap waktu Rasulullah menceritakan tentang Allah dan hari Akhirat. Tentang kebesaran, kesucian dan kekuasaan-Nya. Tentang kasih sayang, keampunan dan belas ihsan-Nya. Tentang kuasa dan iradah-Nya dan tentang segala sifat yang ada pada Tuhan.
Segala sifat-sifat Allah itu sangat dihayati oleh para Sahabat sehingga mereka menjadi cukup kenal dengan Tuhan. Bukan sekedar tahu, tetapi cukup kenal. Mereka menjadi orang-orang yang Arifbillah. Hati-hati mereka cukup dekat dengan Tuhan, cukup sensitif dan peka dengan Tuhan. Mereka cukup terangsang dengan kebesaran dan keagungan Tuhan. Akhirnya jadilah para Sahabat, orang-orang yang sangat cinta dan takut kepada Tuhan. Dalam hidup mereka, Allah-lah yang menjadi perkara utama. Allah-lah yang bertakhta di hati-hati mereka. Banyak di kalangan Sahabat yang menjadi mabuk dengan Tuhan karena terlalu takut dan rindu. Perasaan mabuk, takut dan cinta ini sangat kuat dan mendalam hingga adakalanya hati-hati para Sahabat tidak dapat menanggung bebannya. Ada Sahabat yang terus mati karena mengingat kebesaran Allah. Ada yang mati apabila ada orang menyebut nama Allah. Sedangkan yang jatuh pingsan dan tidak sadarkan diri lebih banyak lagi. Bila disebut nama Allah, gemetar hati-hati mereka.
Namun, dengan hati yang begitu mabuk dan rindu pada Tuhan, mereka tidak mempunyai jalan atau cara untuk melepaskan perasaan mereka. Mereka tidak ada cara untuk berhubung atau berinteraksi dengan Tuhan. Maka mereka terpaksa menanggung dan memendam rasa mabuk dan rindu itu. Mereka seolah-olah orang yang begitu dahaga tetapi tidak mendapat air untuk diminum. Mereka seperti orang yang sangat lapar tetapi tidak ada apa untuk dimakan. Mereka seperti orang yang sangat rindu kepada Kekasih Agungnya tetapi tidak dapat bersua dan bertemu untuk memuji-muji dan meluahkan segala perasaan yang terpendam dan terbuku di hati. Allah biarkan saja mereka jadi begitu.
Pada tahun yang kesebelas, baru berlaku peristiwa Israk Mikraj. Jadi, pada tahun kesebelas baru datang perintah sholat. Itulah satu hadiah yang sangat besar yang Allah karuniakan kepada para Sahabat supaya mereka dapat berinteraksi dan berhubungan dengan-Nya. Supaya mereka dapat melepaskan segala perasaan rindu dan dendam yang selama ini mereka tanggung. Supaya mereka dapat mengadu, berbicara, berbisik-bisik dan meminta-minta kepada Tuhan. Supaya mereka dapat meluahkan segala isi hati mereka dan bermanja-manja dengan Tuhan.
Sungguh sholat itu satu karunia yang sangat besar bagi para Sahabat. Ia ibarat air di kala dahaga. Ia ibarat makanan di kala lapar. Ia ibarat pertemuan dengan kekasih yang sangat dirindu. Sholat menjadi buah hati Rasulullah dan para Sahabat. Sholat adalah istirahat mereka. Rasulullah SAW pernah bersabda:
Maksudnya: “Sembahyang adalah penyejuk mataku.”
Baginda juga pernah menyuruh Sayidina Bilal r.a. untuk adzan dengan berkata:
Bermaksud, “Wahai Bilal, berilah kerehatan kepada kita semua!”
Demikianlah kedudukan sholat di hati Rasul dan para Sahabat. Tidak heran mereka tenggelam di dalam sholat. Mereka‘mikraj’di dalam sholat. Tidak heran juga, ketika sholat, mereka lupa tentang dunia ini dan segala isinya baik yang berupa nikmat maupun kesusahan. Mereka asyik dan masyuk dengan Tuhan dalam sholat.
Sayyidina Ali k.w. lantaran begitu khusyuknya di dalam sholat, tidak terasa apa-apa ketika dicabut anak panah dari betisnya. Sholat mereka yang seperti inilah yang telah menjadikan mereka pribadi-pribadi agung. Agung keimanan mereka. Agung keyakinan mereka dan agung akhlak mereka. Allah memberikan karunia kepada mereka 3/4 dunia dan semua bangsa bernaung di bawah kekuasaan mereka. Mereka membawa kedamaian dan keselamatan. Mereka penuhi dunia ini dengan keadilan dan kebahagiaan.
Di sini kita dapat melihat konsep pendidikan Rasulullah, yaitu Awaludin Makrifatullah. Awal-awal agama mengenal Allah. Para Sahabat dikenalkan kepada Allah hingga mereka menjadi orang-orang yang arifbillah, yaitu orang-orang yang sangat takut, cinta dan rindu kepada Allah dan orang-orang yang mabuk dengan Allah. Dalam keadaan seperti itu, barulah mereka diperintah untuk melaksanakan sholat dan menegakkan syariat Allah. Keseluruhan perintah syariat yang beribu-ribu jumlahnya diturunkan di Madinah. Ia hanya memakan waktu 10 tahun, berbanding memperkenalkan Tuhan yang satu itu yang memakan masa selama 13 tahun di Makkah.
Orang-orang yang menegakkan syariat Allah di Madinah itu sebenarnya ialah orang-orang yang takut, cinta dan mabuk dengan Tuhan. Orang-orang yang arifbillah. Hanya orang-orang seperti ini saja yang mampu menegakkan syariat Allah. Yang mampu memperjuangkan agama Allah. Yang mampu berkorban ke jalan Allah. Itulah kelemahan umat Islam hari ini. Sebatas tahu tentang Tuhan. Sebatas memiliki ilmu tentang Tuhan. Sebatas alimbillah. Tuhan masih di akal, belum di hati. Belum ada rasa bertuhan. Belum ada rasa kehambaan. Jauh dari rasa takut rindu dan cinta pada Tuhan. Lebih-lebih lagi belum mabuk dengan Tuhan.
Oleh karena itu, mereka disogok dengan sholat dan syariat. Disuruh dirikan sholat. Disuruh tegakkan syariat. Diperkenalkan hukum hudud dan sebagainya. Orang yang belum kenal Tuhan dan orang yang tidak ada rasa takut dan cinta pada Tuhan, tidak akan mampu mendirikan sholat dan menegakkan syariat. Kalau pun mereka berbuat, ia dilakukan secara terpaksa. Melakukan pekerjaan dengan terpaksa memang pahit, sakit dan perit. Sukar untuk istiqomah.
Kenapa tidak dibawa Tuhan kepada mereka? Kenapa tidak perkenalkan Tuhan kepada mereka? Kalau manusia betul-betul kenal Tuhan, mereka tidak akan dapat mengelak dari jatuh cinta dan rindu kepada-Nya. Mereka tidak akan dapat mengelak dari mau berbakti kepada-Nya untuk merebut cinta dan kasih sayang-Nya.
Bagaimana mungkin kita tidak sayang dan tidak jatuh hati kepada Allah yang begitu berbakti, begitu menjaga, begitu mengawasi dan memenuhi segala kehendak dan keperluan kita. Yang penuh kasih dan belas kasihan kepada kita. Yang menyayangi kita lebih dari ibu kita sendiri. Yang menjaga kita siang dan malam tanpa istirahat dan tanpa tidur. Yang tidak pernah melupakan kita. Marilah kita kembalikan manusia kepada Tuhan. Marilah kita perkenalkan Tuhan itu kepada manusia supaya manusia kenal akan Tuhan. Karena awal-awal agama mengenal Tuhan.
Selagi kita belum kenal Tuhan, selagi itu kita belum mampu untuk beragama atau untuk menegakkan agama. Mengenal Tuhan itu tidak cukup sekedar tahu tentang Tuhan atau tahu tentang sifat-sifat Tuhan secara ilmunya, tetapi merasakannya di hati. Hati rasa bertuhan, hati merasa Tuhan senantiasa melihat, hati merasa Tuhan itu Maha Mendengar, hati merasakan Tuhan itu berkuasa berbuat apa saja kepada hamba-Nya, hati merasakan Tuhan itu pengasih dan penyayang yang senantiasa mencurahkan rezeki kepada hamba-Nya.
Setelah hati ada rasa bertuhan, secara otomatis hati akan dipenuhi rasa kehambaan, yaitu rasa lemah, rasa berdosa, rasa bergantung harap kepada-Nya. Hati rasa takut dan cinta dengan Tuhan sebagaimana yang dirasakan oleh para Sahabat yang dididik oleh Rasulullah lebih 1400 tahun dahulu.
Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar